Share

Bab 371

Author: Frands
last update Last Updated: 2025-07-08 15:02:23

Tanpa peringatan, tangannya bergerak cepat menyambar gelas anggur dari nampan pelayan yang lewat. Kristal dingin menyentuh jemarinya yang gemetar.

“Devina—” Tania mencoba menyapa, tapi sudah terlambat.

Devina sudah berbalik badan, melangkah cepat menjauh. Gaun panjangnya berdesir di atas rumput, gelas anggur di tangannya terguncang-guncang namun tak tumpah. Dia melewati kelompok tamu yang tertawa riang, melewati meja-meja penuh hidangan, terus berjalan tanpa tujuan jelas.

Marina mengerutkan kening. “Apa yang terjadi dengannya?”

Tania mengamati sosok Devina yang semakin menjauh. “Mungkin terlalu banyak kejutan hari ini,” bisiknya.

Di kejauhan, Devina akhirnya berhenti di dekat kolam ikan. Tangannya yang memegang gelas anggur kini menggenggam erat pagar besi. Punggungnya yang ramping naik turun mengikuti nafas berat.

Devina menenggak anggur dalam gelasnya dengan cepat, menelan habis isinya dalam beberapa tegukan besar. Ketika dia mengangkat gelas kosongnya, bibirnya masih b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tukang Pijat Super   Bab 387

    Masih berada di meja kafetaria."Yang kedua," lanjut Pak Haryo, jarinya menunjuk ke arah jendela kantin dimana beberapa karyawan sedang bercengkerama, "perhatikan orang-orangmu. Mereka adalah bumbu-bumbu yang membuat perusahaan ini berasa." Tania mengangguk serius, mengambil notes kecil dari tasnya dan mulai mencatat. "Lalu bagaimana dengan mengambil keputusan sulit?" "Ah!" Pak Haryo mengangkat jari, "itu seperti makan sambal—awalnya pedas, tapi kalau sudah biasa malah ketagihan. Ambil keputusan dengan data, tapi jangan lupakan insting."Pak Haryo menyelesaikan kopinya dengan satu tegukan terakhir, lalu meletakkan cangkir di atas nampan dengan bunyi *klink* yang penuh arti. “Bagaimana jika kita kunjungi pabrik saya setelah ini?” tawarnya, matanya berbinar antusias. “Mobil saya bisa membawa kita langsung dari sini.” Tania mengerutkan kening, sendoknya berhenti di atas semangkuk sup yang masih hangat. “Tapi apakah tidak masalah jika saya meninggalkan kantor? Saya baru saja menjab

  • Tukang Pijat Super   Bab 386

    “Hai Devina!” Sapanya dengan ramah. Tania melambai ke arah Devina yang masih menunduk.“Devina ingin ikut melihat kantor Cakra Buana,” kata Pak Haryo sambil menepuk punggung istrinya. “Dia bilang butuh inspirasi untuk penggalangan dana yang biasa dia adakan.”“Begitu ya,” Tania menyambut mereka dengan senyum profesional. “Silakan duduk. Aku baru saja tadi pagi diberitahu tentang—” “Tentang proyek baru antara Cakra Buana dan kami, tentu!” Pak Haryo menyela sambil mengeluarkan setumpuk dokumen dari tas kulitnya. “Kita perlu tanda tanganmu hari ini juga.” Devina akhirnya mengangkat wajah, pipinya memerah saat pandangannya tak sengaja bersenggolan dengan Juned. “R-ruangan ini sangat... luas,” ujarnya gagap, jari-jarinya memainkan tas kecilnya.Juned dengan sopan berpura-pura tidak memperhatikan, tapi Tania—dengan naluri tajam seorang istri—menangkap gelagat itu. Matanya menyipit sepersekian detik sebelum kembali profesional. Tania duduk di belakang meja kerjanya yang masih baru, tan

  • Tukang Pijat Super   Bab 385

    “Biarkan saja mereka tahu dengan sendirinya.” Gumam Juned sebelum akhirnya berjalan menuju kamar Tania.Juned menyibak tirai kamar Tania tanpa mengetuk. Wanita itu sedang berdiri di depan cermin, jemarinya yang gemetar mencoba memasang kancing di lingkar lehernya.“Kau yakin bisa memimpin Cakra Buana?” Juned bersandar di pintu, menatap bayangan Tania di cermin. “Kau bahkan tak pernah belajar tentang bisnis." Tangan Tania berhenti bergerak. "Aku tahu angka-angka itu seperti bahasa alien," bisiknya, suaranya tiba-tiba kecil. "Tapi Bu Ratna bilang ini hanya sementara. Aku cuma perlu tanda tangani dokumen, tunjukkan senyum manis di depan klien..."Juned melihat bagaimana pundak Tania menegang di balik kemeja putihnya. "Dan kalau ada masalah? Kalau ada yang mencurigakan?" Tania memutar badan, matanya berbinar aneh. "Itu sebabnya aku punya kau, bukan?" Ucapannya terdengar seperti rayuan, tapi ada sesuatu yang rapuh di baliknya—ketakutan anak kecil yang berpura-pura dewasa.Juned menger

  • Tukang Pijat Super   Bab 384

    Juned memungut kaos oblong dan celana kolor yang ada di lemari.“Aku harus pergi,” gumamnya sambil membuka pintu kamar selambat mungkin.Kabut tipis menyelimuti ruang tamu megah yang semalam dipenuhi tawa dan jeritan. Juned berdiri di depan pintu kamar, tubuhnya kaku bagai patung yang takut bergerak. Bau alkohol dan sesuatu yang lebih tajam—mungkin keringat, mungkin darah—menggelitik tenggorokannya. Dua pelayan dengan seragam compang-camping sedang membersihkan sisa-sisa pesta. Mereka bergerak seperti robot, mata kosong menatap lantai marmer yang bernoda merah anggur. Salah seorang pelayan tua—badannya bungkuk seperti pohon yang terlalu lama diterpa badai—mengangkat kepalanya ketika Juned lewat. “Tuan sebaiknya makan sesuatu,” bisiknya, suaranya parau seperti kertas ampelas. Tangannya yang berurat menunjuk ke arah teras belakang dimana piring-piring sarapan tersusun rapi, kontras dengan kekacauan di dalam rumah. Juned tidak menjawab. Matanya tertarik pada sofa kulit hitam di s

  • Tukang Pijat Super   Bab 383

    “Itu... sangat besar dari yang kubayangkan,” lirih Alisa, tangannya secara naluriah menutup mulut. Juned mengeluarkan suara rendah antara tertawa dan mengerang. “Ini akan terasa lebih baik daripada terlihat, percayalah.” Dengan hati-hati, Juned mengambil tangan Alisa yang gemetar. “Kau boleh menyentuh,” ajaknya, menuntun jari-jari mungil itu untuk melingkari batang panasnya. “Pelan saja... seperti ini...” Alisa menarik napas tajam saat kulit lembutnya bersentuhan dengan tekstur yang sama sekali baru—hangat, berdenyut, dan luar biasa hidup. “Oh...” desisnya, mata membesar saat merasakan bagaimana benda itu bergetar di genggamannya.Juned berlutut di depan Alisa yang berbaring, jari-jarinya menyentuh kancing celana jeans dengan hati-hati. “Boleh?" tanyanya, memberikan Alisa kesempatan terakhir untuk menghentikannya. Alisa mengangguk, tangannya mencengkeram seprei di kedua sisinya. "Ya... tapi pelan-pelan," bisiknya, dada naik turun cepat. Dengan gerakan mahir, Juned membuka

  • Tukang Pijat Super   Bab 382

    Alisa baru tersadar saat nafas Juned yang hangat menyentuh bibirnya. “Kak Juned...?”“Kau takkan pernah mengerti...” suaranya serak, tangan mulai merayap ke pinggang Alisa. “Sampai kau merasakannya sendiri.” Alisa mundur hingga punggungnya menempel dinginnya keramik dinding. “Kak Juned, jangan—” Tapi Juned sudah tak lagi mendengar. Tangannya merobek kemeja Alisa dengan gerakan kasar, kancing-kancing berceceran di lantai seperti hujan mutiara. “Lihatlah kakakmu di luar sana,” bisiknya panas di telinga Alisa sementara tangan lainnya membelit rambut gadis itu. “Dia menikmati setiap detiknya. Sekarang giliranmu.”Alisa menjerit ketika Juned mengangkatnya dengan brutal dan mendudukkannya di wastafel marmer. Kaki mungilnya yang menggantung tak berdaya, tangan yang mencakar lengan Juned hanya meninggalkan garis merah tipis. “Tolong... aku tak mau ini...” isak Alisa tersendat-sendat. Tapi Juned sudah terlalu jauh tenggelam dalam nafsunya sendiri. “Kau akan berterima kasih padaku nan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status