Share

Bab 376

Author: Frands
last update Last Updated: 2025-07-10 11:58:53

Mereka berdua tiba di kamar yang dimaksud penjaga tadi.

Vivi melemparkan tasnya ke kasur yang menggerutu, lalu berbalik menghadap Juned. “Nah, mari kita bicara bisnis,” ujarnya, tiba-tiba semua kepura-puraan manisnya hilang.

Dia mengeluarkan flashdisk dari saku bajunya, memainkannya di antara jari-jarinya. “Informasi di sini bisa menghancurkan Anton. Tapi sebelum kau mendapatkannya, aku mau jjaminan.”

Juned menyandarkan tubuh ke dinding, tangan di saku. “Jaminan apa?”

Vivi tersenyum—senyum tanpa humor. “Aku ingin perlindungan. Dan bagian dari kekayaan Anton setelah kau menjatuhkannya.”

Juned menghela napas panjang. “Baiklah kalau hanya seperti itu akan aku turuti.”

“Ada satu lagi sebelum aku memberikan ini.” Flashdisk masih berputar-putar di antara jari Vivi, tapi matanya sekarang menelusuri tubuh Juned dengan nafsu yang tak disamarkan.

“Lepas bajumu,” ujarnya tiba-tiba, suara seraknya lebih rendah dari sebelumnya.

Juned tertawa pendek—suara keras yang memecah ketegangan.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tukang Pijat Super   Bab 388

    “Adit! Tolong jaga ucapanmu!” Pak Haryo sedikit melotot mendengar ucapan Adit. “Beliau adalah direktur Cakra Buana.”Tania tersipu sambil menjabat tangan Adit. “Tak apa kok, Pak Haryo. Hal itu juga perlu agar tidak kaku antara pimpinan dan staf.” Juned mengangkat alis, tapi Pak Haryo hanya menunduk tak berani menatap mata Juned. “Maaf kalau tidak nyaman, Pak Juned. Dia memang selalu begitu kalau lihat wanita cantik. Tapi jangan khawatir, pekerjaannya sangat profesional.” Ir. Wahyu Aditya memamerkan senyum putihnya. “Kalau urusan kerjaan tetap nomor satu dong. Bu Tania mau lihat proses produksi kita? Saya temani langsung biar lebih... mendetail,” ujarnya sambil memberi kode mata ke Tania.Aditya menuntun langkah mereka menuju area produksi yang jaraknya 20 meter dari ruang kerjanya.Area produksi PT Semarak ternyata jauh lebih luas dari yang dibayangkan Tania. Lorong-lorong bersih dengan lantai kuning terang membentang di antara deretan mesin otomatis yang bekerja dengan presisi

  • Tukang Pijat Super   Bab 387

    Masih berada di meja kafetaria."Yang kedua," lanjut Pak Haryo, jarinya menunjuk ke arah jendela kantin dimana beberapa karyawan sedang bercengkerama, "perhatikan orang-orangmu. Mereka adalah bumbu-bumbu yang membuat perusahaan ini berasa." Tania mengangguk serius, mengambil notes kecil dari tasnya dan mulai mencatat. "Lalu bagaimana dengan mengambil keputusan sulit?" "Ah!" Pak Haryo mengangkat jari, "itu seperti makan sambal—awalnya pedas, tapi kalau sudah biasa malah ketagihan. Ambil keputusan dengan data, tapi jangan lupakan insting."Pak Haryo menyelesaikan kopinya dengan satu tegukan terakhir, lalu meletakkan cangkir di atas nampan dengan bunyi *klink* yang penuh arti. “Bagaimana jika kita kunjungi pabrik saya setelah ini?” tawarnya, matanya berbinar antusias. “Mobil saya bisa membawa kita langsung dari sini.” Tania mengerutkan kening, sendoknya berhenti di atas semangkuk sup yang masih hangat. “Tapi apakah tidak masalah jika saya meninggalkan kantor? Saya baru saja menjab

  • Tukang Pijat Super   Bab 386

    “Hai Devina!” Sapanya dengan ramah. Tania melambai ke arah Devina yang masih menunduk.“Devina ingin ikut melihat kantor Cakra Buana,” kata Pak Haryo sambil menepuk punggung istrinya. “Dia bilang butuh inspirasi untuk penggalangan dana yang biasa dia adakan.”“Begitu ya,” Tania menyambut mereka dengan senyum profesional. “Silakan duduk. Aku baru saja tadi pagi diberitahu tentang—” “Tentang proyek baru antara Cakra Buana dan kami, tentu!” Pak Haryo menyela sambil mengeluarkan setumpuk dokumen dari tas kulitnya. “Kita perlu tanda tanganmu hari ini juga.” Devina akhirnya mengangkat wajah, pipinya memerah saat pandangannya tak sengaja bersenggolan dengan Juned. “R-ruangan ini sangat... luas,” ujarnya gagap, jari-jarinya memainkan tas kecilnya.Juned dengan sopan berpura-pura tidak memperhatikan, tapi Tania—dengan naluri tajam seorang istri—menangkap gelagat itu. Matanya menyipit sepersekian detik sebelum kembali profesional. Tania duduk di belakang meja kerjanya yang masih baru, tan

  • Tukang Pijat Super   Bab 385

    “Biarkan saja mereka tahu dengan sendirinya.” Gumam Juned sebelum akhirnya berjalan menuju kamar Tania.Juned menyibak tirai kamar Tania tanpa mengetuk. Wanita itu sedang berdiri di depan cermin, jemarinya yang gemetar mencoba memasang kancing di lingkar lehernya.“Kau yakin bisa memimpin Cakra Buana?” Juned bersandar di pintu, menatap bayangan Tania di cermin. “Kau bahkan tak pernah belajar tentang bisnis." Tangan Tania berhenti bergerak. "Aku tahu angka-angka itu seperti bahasa alien," bisiknya, suaranya tiba-tiba kecil. "Tapi Bu Ratna bilang ini hanya sementara. Aku cuma perlu tanda tangani dokumen, tunjukkan senyum manis di depan klien..."Juned melihat bagaimana pundak Tania menegang di balik kemeja putihnya. "Dan kalau ada masalah? Kalau ada yang mencurigakan?" Tania memutar badan, matanya berbinar aneh. "Itu sebabnya aku punya kau, bukan?" Ucapannya terdengar seperti rayuan, tapi ada sesuatu yang rapuh di baliknya—ketakutan anak kecil yang berpura-pura dewasa.Juned menger

  • Tukang Pijat Super   Bab 384

    Juned memungut kaos oblong dan celana kolor yang ada di lemari.“Aku harus pergi,” gumamnya sambil membuka pintu kamar selambat mungkin.Kabut tipis menyelimuti ruang tamu megah yang semalam dipenuhi tawa dan jeritan. Juned berdiri di depan pintu kamar, tubuhnya kaku bagai patung yang takut bergerak. Bau alkohol dan sesuatu yang lebih tajam—mungkin keringat, mungkin darah—menggelitik tenggorokannya. Dua pelayan dengan seragam compang-camping sedang membersihkan sisa-sisa pesta. Mereka bergerak seperti robot, mata kosong menatap lantai marmer yang bernoda merah anggur. Salah seorang pelayan tua—badannya bungkuk seperti pohon yang terlalu lama diterpa badai—mengangkat kepalanya ketika Juned lewat. “Tuan sebaiknya makan sesuatu,” bisiknya, suaranya parau seperti kertas ampelas. Tangannya yang berurat menunjuk ke arah teras belakang dimana piring-piring sarapan tersusun rapi, kontras dengan kekacauan di dalam rumah. Juned tidak menjawab. Matanya tertarik pada sofa kulit hitam di s

  • Tukang Pijat Super   Bab 383

    “Itu... sangat besar dari yang kubayangkan,” lirih Alisa, tangannya secara naluriah menutup mulut. Juned mengeluarkan suara rendah antara tertawa dan mengerang. “Ini akan terasa lebih baik daripada terlihat, percayalah.” Dengan hati-hati, Juned mengambil tangan Alisa yang gemetar. “Kau boleh menyentuh,” ajaknya, menuntun jari-jari mungil itu untuk melingkari batang panasnya. “Pelan saja... seperti ini...” Alisa menarik napas tajam saat kulit lembutnya bersentuhan dengan tekstur yang sama sekali baru—hangat, berdenyut, dan luar biasa hidup. “Oh...” desisnya, mata membesar saat merasakan bagaimana benda itu bergetar di genggamannya.Juned berlutut di depan Alisa yang berbaring, jari-jarinya menyentuh kancing celana jeans dengan hati-hati. “Boleh?" tanyanya, memberikan Alisa kesempatan terakhir untuk menghentikannya. Alisa mengangguk, tangannya mencengkeram seprei di kedua sisinya. "Ya... tapi pelan-pelan," bisiknya, dada naik turun cepat. Dengan gerakan mahir, Juned membuka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status