All Chapters of Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku: Chapter 201 - Chapter 210

Hari itu, pertama kalinya Aurel datang sendirian ke Prime Construction untuk membahas tentang proyek bersama. Tidak benar-benar sendiri karena ia bersama anggota timnya, hanya saja, Himawan tidak ikut. "Silakan masuk, Bu! Pak Samuel akan segera datang." Seorang karyawan mengantarkan mereka ke ruang rapat. "Terima kasih!" Aurel dan timnya pun menunggu sampai tidak lama kemudian, Samuel masuk bersama Nadine. Nadine sendiri akhirnya kembali bergabung dalam proyek ini setelah Evan pergi. Awalnya, Nadine kukuh tidak mau bergabung, tapi Samuel memaksanya. "Dulu kau keluar karena tidak nyaman dengan Evan, tapi sekarang kalau kau tidak ada, aku yang tidak akan nyaman bersama Aurel," bujuk Samuel waktu itu. "Mengapa tidak nyaman? Selama kau tidak berpikiran macam-macam dan tidak berniat selingkuh, seharusnya kau biasa saja!" "Hei, jangan meragukan kesetiaanku. Aku setia, tapi kau belum tentu tidak cemburu! Aku tidak mau membuang waktu untuk pertengkaran kecil yang tidak berguna nantiny

"Sekali lagi maafkan aku, Pak Himawan!" Setelah meminta maaf pada semua peserta rapat, Samuel meminta maaf secara pribadi pada Himawan, rekan kerja samanya. Himawan pun mengangguk sambil mengembuskan napas panjangnya. "Ah, masalah ini ... aku tahu semua orang itu bisa saja melakukan kesalahan. Dan aku bisa memahaminya. Aku pribadi tidak mempermasalahkannya, laporannya juga bisa dibuat ulang. Tapi aku hanya khawatir pada para petinggi proyek yang merasa waktunya terbuang sia-sia." "Aku mengerti, Pak. Aku akan mencoba memperbaikinya." "Aku yakin Pak Samuel tahu apa yang harus dilakukan. Dan untukmu, Nadine! Tetap semangat ya!" seru Himawan bijak. "Sekali lagi maafkan aku dan terima kasih banyak, Pak Himawan." Himawan kembali mengangguk dan masih tersenyum ramah, tapi Aurel langsung mengembuskan napas panjang dengan suara yang cukup keras. "Kalau kau lelah, mungkin kau harus istirahat dulu, Nadine! Jangan terlalu memaksakan dirimu karena akhirnya hasil pekerjaanmu tidak beres juga

"Bagaimana, Nadine? Apa katanya?" Alya tidak tahan lagi dan langsung menarik Nadine begitu Nadine keluar dari ruangan Samuel. "Dia di mana? Kau santai sekali bertanya!" "Dia berlari ke toilet tadi! Entah dia menangis atau apa, tapi dia tidak keluar juga sampai sekarang." "Benarkah dia menangis? Ya ampun, aku merasa bersalah sekali padanya!" "Tidak usah merasa bersalah! Tapi katakan, apa memang dia melakukannya?" desak Alya lagi. Nadine pun menggeleng cepat. "Kurasa dia tidak melakukan apa-apa, Alya." "Benarkah? Apa yang dia katakan?" Nadine menceritakan penjelasan Yasmin tadi sampai Alya sungkan sendiri. "Eh, berarti benar-benar bukan dia ya? Tapi ini masih aneh sekali. Aku tahu kau selalu bekerja dengan benar, tidak mungkin ceroboh seperti ini, apalagi dalam rapat penting." Nadine menepuk bahu Alya, menenangkannya. "Sudahlah, aku juga sudah baik-baik saj

"Aku harus memeriksanya sekali lagi, Tama. Rekaman yang dikirimkan padaku hanya di ruangan Nadine saja. Aku butuh rekaman dari posisi lain." Samuel dan Tama baru saja keluar dari lift sambil membicarakan tentang rekaman CCTV yang sampai sekarang masih menyita perhatiannya. Samuel masih merasa yakin ada sesuatu di sini, tapi ia perlu bukti. Karena itu, ia ingin memeriksa dengan lebih serius. Mereka pun masih melangkah sampai ke dekat ruangan CCTV saat mereka melewati koridor yang lebih sepi dan mendengar suara wanita menelepon. Samuel memperlambat langkahnya. Tama yang mengikutinya pun baru saja membuka mulutnya untuk protes, tapi Samuel mengangkat tangannya dan menghentikannya. Tama menutup mulutnya sambil mengernyit bingung.Namun, kebingungannya tidak bertahan lama saat mendengar ucapan wanita itu.  "Ah, keadaan di sini ... di sini sedang cukup ribut, Bu. Pak Samuel masih tidak terima Nadine harus dikeluarkan

Jantung Aurel masih berdebar tidak karuan menatap rekaman di layar. Tubuhnya mendadak kaku sampai ia tidak tahu harus melakukan apa. Video pertemuannya dengan Yasmin terekam di beberapa kesempatan. Bukan hanya dengan Yasmin, tapi dengan dua manager tukang provokasi juga. Sepanjang video itu diputar, Aurel pun terus menegang sambil menggelengkan kepalanya, namun para peserta rapat yang lain langsung menoleh padanya dengan tatapan penuh tanya sampai Aurel makin gemetar. "Apa ini?" "Apa yang Bu Aurel lakukan?" Terlihat juga video saat Yasmin mengendap-endap duduk di laptop Nadine. "Aku tidak tahu! Aku tidak tahu! Video apa ini? Matikan! Matikan!" Akhirnya Aurel bisa bicara dan langsung panik. Wajahnya memucat dan ia menatap horor pada semua orang. Himawan sendiri sudah membelalak tidak mengerti, begitu juga Nadine. "Video apa ini? Mengapa bisa ada video seperti ini?" lirih Nadine.&nb