"Ini tehnya, tuan." Dengan hati-hati, Gilea meletakkan cangkir teh di atas meja kerja Bumi.Seketika aroma hangat melayang di udara, bercampur dengan dinginnya suasana ruangan. Gilea menarik napas pelan. Tugasnya sudah selesai. Bumi meminta secangkir teh dan dia telah membawakannya. Tidak ada alasan untuk tetap di siniDengan gerakan pelan namun pasti, Gilea berbalik, bersiap meninggalkan ruangan. Namun baru satu langkah ia berjalan-Tok! Suara cangkir yang diletakkan dengan keras memecah keheningan, menghentikan langkah Gilea."Apa lagi ini, Tuhan?" Gilea membatin frustrasi. Sejenak, dia menutup mata, menarik napas, mencoba untuk tetap tenang. Dia tahu Bumi masih belum puas membuatnya susah."Teh apa ini?!" Sergah Bumi, suaranya tajam.Gilea berbalik, melihat Bumi mengelap cairan beraroma melati di mulutnya dengan punggung tangannya. Gerakan itu cepat, sedikit kasar, seolah ingin menghapus bukan hanya sekedar sisa teh, tapi juga kejengkelannya pada Gilea.Mata mereka bertemu. Tatapan
Terakhir Diperbarui : 2025-06-18 Baca selengkapnya