All Chapters of Pewaris Naga Majapahit: Chapter 301 - Chapter 310

Bab 301. DI RINDUKAN KELUARGA BUWONO Sementara itu di Mansion keluarga Buwono, Rustam Buwono, Melati sugiri dan Sugeng Buwono sedang duduk di ruang keluarga sambil membicarakan Jaka kelud yang sudah beberapa hari tidak berkunjung. “Rustam, kenapa cucuku tidak datang menjenguk kita? Ini sudah lebih dari tiga hari dia tidak pulang kerumah ini,” kata Sugeng Buwono atau kepala keluarga Buwono. Sugeng yang sudah tahu kalau Jaka Kelud adalah cucu kandungnya, mulai tidak sabar untuk mengajak Jaka kelud agar mau tinggal dengan mereka di Mansion ini. “Mana saya tahu Pap, saya juga tidak terlalu akrab dengan Jaka,” kata Rustam dengan santai. Meskipun dia juga sangat rindu dengan Jaka Kelud, setelah tahu kalau Jaka Kelud adalah anak kandungnya, Rustam tidak bisa memaksa Jaka untuk memanggilnya ayah dan tinggal di Mansion ini. Dia tahu, Jaka pastilah membutuhkan waktu untuk menerima kenyataan, kalau dia adalah anak kandung Rustam Buwono dan Melati Sugiri.

Bab 303. KABAR MENGEJUTKAN Sementara itu tanpa sepengetahuan Jaka Kelud, sebenarnya sejak dari kota Kediri dia selalu diikuti Datuk Petak atau siluman harimau putih dari kejauhan. Setelah sebelumnya dia ditemui Prabu Antaboga atau siluman Naga dari jaman Majapahit dan mengetahui kalau anak muda yang baru saja bertarung dengannya adalah murid Prabu Antaboga ini, ketakutan langsung menghantui pikirannya. Dia tahu seberapa kuat Prabu Antaboga jika dia menolak perintahnya, datuk Petak sangat takut jika kerajaannya akan di bumi hanguskan oleh Siluman Naga Mapajahit ini. Karena itu setelah dia mendapat perintah untuk mengikuti Jaka Kelud, maka dia segera menghilang dari puncak gunung Kelud menuju hotel tempat Jaka Kelud sedang menunggu kedatangan Suminten dan lurah Bambang. Sebagai raja siluman harimau yang mempunyai ilmu kanuragan tingkat tinggi, tentu saja datuk Petak juga menguasai Ajian Lipat Bumi yang bisa membawa dirinya pergi kemanapun dia inginkan dalam

Bab 305. DI TUNGGU SUMINTEN Dengan muka masam dan pura-pura ramah, Wisnu Buwono ikut makan malam bersama keluarga besarnya. Selesai makan malam bersama, Wisnu Buwono berpamitan untuk pulang terlebih dahulu bersama istrinya. “Pa, saya pamit pulang dulu,” kata Wisnu sambil menjulurkan tangannya untuk menjabat tangan Sugeng Buwono. Sandra Dewi juga ikut menyalami ayah mertuanya, setelah Wisnu Buwono menjabat tangan Sugeng Buwono. “Tidak nginep saja? Sekali-kali kamu tidur disini, kan sudah lama kamu tidak menemani Papa.” “Tidak bisa apa, lain waktu saja saya akan menginap disini,” tolak Wisnu dengan sopan yang kemudian berjalan pergi keluar dari ruang makan. Dia sama sekali tidak menyapa Rustam Buwono, Melati Sugiri, Jaka Kelud dan Intan Warsito. Hal ini tentu saja membuat kening Sugeng Buwono berkerut. “Wisnu, kenapa kamu tidak berpamitan kepada kakakmu?” Suara Sugeng Buwono cukup keras, membuat langkah kaki Wisnu yang hampir keluar

Bab 307. TENTANG KEMATIAN “Saya mau bertemu teman di dalam,” kata Bara sambil menatap satpam yang menghentikan mobilnya itu. “Maaf sebelumnya, siapa nama teman anda? Karena setiap tamu yang berkunjung ke komplek ini harus memberitahukan nama yang akan dituju.” “Namanya Jaka Kelud,” kata Bara dari dalam mobil. Satpam yang menginterogasi mereka tersenyum ramah, karena dia mengenal nama yang disebutkan Bara. “Apa saya bisa melihat KTP anda sebagai syarat untuk memasuki komplek ini.” “KTP? Untuk apa saya harus menunjukkan KTP? Tolong buka portalnya, saya datang ke komplek ini ingin bertemu dengan Jaka kelud,” kata Bara sambil tetap tersenyum ramah, meskipun dalam hatinya dia merasa kesal dengan satpam yang menghalangi jalannya. “Ini sudah menjadi peraturan di komplek ini, kecuali anda datang bersama penghuni komplek ini, tentu kami tidak akan meminta KTP anda.” Satpam ini sepertinya bersikap tegas terhadap Bara, mungkin sudah menjadi SOP bagi tamu

Bab 309. PAHLAWAN DESA Setelah meninggalkan satpam komplek, Jaka Kelud melajukan kendaraannya di jalan raya yang mulai dipadati oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Kota Jakarta merupakan kota bisnis dengan pendapatan tahunan paling besar dibandingkan wilayah provinsi lainnya di Indonesia. Dengan mata fokus menatap kearah depan, menatap kendaraan-kendaraan di depannya, Jaka Kelud segera mengambil headset dan meletakkan di telinganya. Kemudian dia mengeluarkan ponselnya dan menekan sebuah nomor yang tersimpan di daftar nomor telepon. Begitu muncul sebuah nama yang sangat dikenalnya, Jaka Kelud segera menekan tombol panggil. Cukup lama juga Jaka Kelud menunggu panggilannya di angkat orang yang di telepon. Setelah empat kali dia melakukan panggilan, akhirnya ada orang yang menjawab panggilan teleponnya. “Hallo, ini nak Jaka Kelud ya?” terdengar suara seorang wanita dari speaker headsetnya. “Iya, ini bu Ningrum?” kata Jaka Kelud bali