Hujan deras di luar tidak disadari oleh dua insan dalam kamar. Hanya dingin hawa di ruangan yang selalu tercatat tetapi mereka juga tidak merasakannya. Saling peluk erat telah membuat jadi hangat segalanya. Wajah lelaki pemeluk yang tampan penuh senyum. Bahagia yang dia rasa seperti mimpi yang tidak pernah dia sangka. Namun, wanita cantik dalam pelukan, wajahnya muram dalam tatapan suaminya. “Kenapa, senyum-senyum…,” tegur Osara dengan usil. Cup Bukan menyahut. Erick justru menyambar bibir itu dengan ciuman. “Kenapa tidak senyum?” desak Erick sambil mengetatkan pelukannya. “Kenapa, Osara?” desaknya lagi. Sebab yang ditanya kian muram. “Aku sedih, ingat almarhum. Maaf….” Osara bicara jujur. Merasa bersalah terhadap keduanya. “Aku paham. Tapi ini bukan salahmu. Jangan berlarutan.” Erick menghiburnya dengan berkata lembut. “Jika kamu bahagia, dia di sana juga lebih bahagia. Dia akan lebih tenang di alamnya. Jangan khawatir, Ini tidak masalah baginya, Osara.” Eri
Last Updated : 2025-05-31 Read more