Erick masih terus memunggungi. Tetapi berbicara. “Aku tidak masalah jika kamu takjub pada almarhum. Kamu tidak move on pun, oke. Tetapi jika melihat lelaki lain dan di matamu seperti almarhum, aku tidak suka, Osara!” Tiba-tiba Erick berbicara tegas. Osara yang beringsut merapat pun urung. Bukan tersinggung, marah, kesal atau sakit hati. Tetapi justru tersenyum sambil menatap punggung lebar yang pemiliknya sedang merajuk. “Aku mana sengaja begitu, Pak Erick. Mana bisa disengaja. Kemiripan itu datang sendirinya. Kalo mirip ya mirip, jika enggak ya enggak. Bukan kubuat-buat. Tetapi aku kan punya otak, bisa memilih mana benar dan mana yang salah. Bukan jalan terus dan ada tembok pun ditabrak. Enggak begitu….” Osara meralat ucapan Erick dengan perasaan gemas. Ingin sekali punggung itu digigitnya. Pasti keras dan yang punya punggung akan mengaduh kesakitan. Ah, rasakan! Erick terkejut setengah mati rasanya. Tiba-tiba di punggungnya seperti ada benda tumpul yang menusuk tetapi tidak t
Terakhir Diperbarui : 2025-06-05 Baca selengkapnya