Semua Bab Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati: Bab 1121 - Bab 1130

Karwan kembali bertanya, "Kalau benar memberontak, lalu kenapa? Kalau nggak, terus kenapa?"Andini tidak mengikuti permainannya, malah balik bertanya, "Anda sudah berada di posisi tertinggi, usia pun sudah lanjut, kenapa tiba-tiba ingin memberontak? Kapan Kaisar pernah berbuat sesuatu yang merugikan Anda?""Bukannya dendam Hadi juga sudah terbalaskan? Putri Safira pun masih dikurung di istana pengasingan sampai sekarang, bukan? Tapi kalau Anda nggak berniat memberontak, kenapa harus berpura-pura sakit, bahkan hendak memalsukan kematian, lalu mengundang para pejabat untuk bermusyawarah di tengah malam seperti ini?"Di samping, Harfi agak kesal. "Nona Andini, tolong bicara lebih sopan!"Namun, Karwan hanya mengangkat tangannya. "Nggak apa-apa. Sebenarnya aku memang nggak ingin Nona Andini tahu semua ini. Bagaimanapun juga, kamu bukan lagi seorang pejabat istana.""Sekalipun masih dianggap demikian, pada akhirnya kamu hanyalah seorang tabib. Apa hubungannya urusan negeri denganmu? Siapa p

Andini menunduk menatap tulisan "Tantrana" yang tertera di lentera itu, lalu berkata pelan, "Dia ingin membersihkan orang-orang busuk di sisi Kaisar."Di belakangnya, Gatot justru menghela napas kagum. "Memang pantas disebut sebagai pejabat agung negeri ini."Andini agak heran, lalu menoleh menatapnya. "Paman Gatot juga merasa Permaisuri punya niat memberontak?"Gatot menggeleng. "Tanpa bukti nyata, sulit untuk menentukannya. Tapi sebagai perdana menteri, Tuan Karwan tulus demi negeri, itu saja sudah layak dihormati."Andini menarik napas panjang. "Aku juga mengatakan hal yang sama. Tanpa bukti nyata, mana mungkin bisa bertindak gegabah?"Setelah berpikir sejenak, dia kembali bertanya, "Menurut Paman Gatot, haruskah aku memberi tahu Permaisuri? Bagaimana kalau Permaisuri sebenarnya tidak bersalah?"Bagaimana kalau dia hanyalah seorang wanita malang yang diracuni keluarganya sendiri hingga patah hati dan putus asa?Cahaya lentera tidak cukup untuk menerangi jelas wajah Gatot, tapi sepas

Aiyla mengangguk-angguk. "Aku tahu hubunganmu dengan Kak Kalingga, seperti kakak dan adik, bahkan lebih dari itu, lebih tulus dan setia! Tapi, kalau aku tetap tinggal, aku bisa jadi pelindung Kak Kalingga!"Mendengar itu, Andini tertegun. Dia tak pernah terpikir begitu.Aiyla melanjutkan, "Bukan hanya menjadi pelindung Kak Kalingga, aku juga bisa jadi pelindungmu! Andin, jangan lupa, aku adalah Putri Tru! Meskipun nggak disayang di suku Tru dan hidupku lebih buruk dari binatang di sana, di Negara Darsa, aku tetaplah tuan putri dari negeri asing. Identitasku bisa menjadi perisai terbaik untuk melindungimu dan Kak Kalingga!"Tak peduli seberapa kacau nanti keadaan di ibu kota, tak peduli siapa akhirnya yang akan duduk di singgasana, ada satu hal yang bisa dipastikan.Negara Darsa tidak akan mau kembali berperang dengan suku Tru. Selama dirinya, seorang putri dari suku Tru, tetap aman di Negara Darsa, tak ada alasan bagi suku Tru untuk mengirim pasukan!Kini, suku Tru memang terluka parah

Setelah mendapat jaminan dari Andini, Gatot mengangguk dengan terpaksa. "Kalau begitu, saya akan segera menyiapkan kereta kuda!"Selesai berkata, dia pun berbalik dan pergi.Di samping, Jabal tak bisa menahan diri untuk maju dan berkata, "Nona Andini, tolong bantu Tuan Kalingga juga."Andini menoleh, tersenyum padanya. "Tenanglah, aku tahu apa yang harus kulakukan."Sejam kemudian, Andini akhirnya tiba di depan gerbang istana.Hanya saja, kini dia bukan lagi tabib istana dan tidak punya tanda identitas apa pun. Kalau ingin masuk, tentu harus mendapat izin dari para bangsawan dalam istana.Para penjaga pintu hanya berkata akan mengirim orang untuk melapor kepada Permaisuri dan Kaisar, lalu menyuruh Andini menunggu di luar gerbang.Tak disangka, dia harus menunggu sampai malam tiba. Saat bulan sudah menggantung di langit, akhirnya Gatot tak tahan untuk maju dan berbisik, "Nona, sepertinya para bangsawan nggak mau menemui Nona. Lebih baik kita kembali dulu ke kediaman, lalu pikirkan cara

Tentu saja, jawabannya pun harus ekstra hati-hati."Saya datang demi Putri Aiyla, juga demi kejayaan Negara Darsa."Tak peduli apakah Permaisuri memang menyimpan niat lain ataupun bagaimana keadaan istana saat ini, Andini berpikir segala hal harus mengutamakan Negara Darsa. Karena hanya dengan itu, barulah segala perebutan kekuasaan di istana bisa ada.Jadi, baik itu Permaisuri maupun Kaisar, keduanya tidak akan mau melihat Negara Darsa mengalami guncangan.Benar saja, begitu Andini selesai bicara, tatapan Permaisuri langsung berubah. "Apa maksudmu?"Andini tetap berlutut, menunduk dengan sikap penuh hormat. "Putri Aiyla datang untuk pernikahan perdamaian. Dalam naskah perjanjian tertulis jelas, sang putri hanya boleh menikah dengan seorang raja. Maka itulah Kaisar khusus menganugerahkan gelar raja kepada Kalingga.""Jangan bertele-tele." Permaisuri sudah mulai kehilangan kesabaran. "Mana mungkin aku nggak tahu hal-hal seperti itu."Andini perlahan menengadah, menatap Permaisuri dengan