Mengingat hal itu, Andini perlahan menggeleng.Tidak bisa. Saat ini gurunya sedang meneliti Pil Peredam Napas, setelah itu masih harus menetralisasi Racun Pelebur Tulang. Waktu terlalu terdesak, sementara urusan terlalu banyak. Mana mungkin dia menambah beban lagi pada gurunya?Dengan alis berkerut, Andini menunduk, memandangi jemarinya yang saling menggenggam. Hatinya benar-benar kacau.Yinara, Adara, Kalingga .... Ditambah lagi, dia harus tetap waspada terhadap Safira. Semua ini hampir membuatnya kewalahan!Siapa yang menyangka, Abimana justru terluka parah di saat seperti ini. Seolah-olah segala masalah menumpuk bersamaan, datang tanpa henti, membuat siapa pun tak sanggup menahan.Memikirkan itu, Andini kembali menarik napas panjang. Tak masalah, dia masih bisa menanganinya. Dia hanya berharap semua ini bisa berakhir dengan baik."Andin ...." Tiba-tiba, sebuah suara pelan terdengar. Andini langsung menoleh ke arah Abimana.Namun, Abimana masih terbaring di ranjang. Kedua matanya ter
Baca selengkapnya