Andini masih tetap tersenyum, tetapi tidak berkata apa-apa lagi. Selama belum merasakannya sendiri, semua orang bisa mentertawakan penderitaan orang lain."Tapi, sebenarnya kamu masih perhatian sama Kak Abimana, bukan?" Nayshila tiba-tiba berkata, "Kalau nggak, kamu juga nggak akan terus ngomong sama tabib kediaman sampai sekarang."Andini tetap tidak bersuara. Dia hanya mendengar Nayshila berkata, "Pokoknya, Kak Abimana sangat peduli padamu. Tadi dia langsung tertidur setelah minum obat, tapi masih terus memanggil namamu dalam mimpinya.""Kalian dulu sedekat itu sebagai saudara, nggak seharusnya jadi begini sekarang. Kak Abimana memang ada salah, tapi bukankah kalian darah daging yang sama, kenapa nggak bisa ....""Nona Nayshila," potong Andini yang akhirnya tidak tahan lagi. Mungkin karena suaranya keras, kedengarannya jadi agak ketus.Nayshila tertegun sejenak, lalu menggigit bibirnya dan terdiam.Andini menghela napas tak berdaya, lalu mengeluarkan sebuah gelang dari pinggangnya. "
Baca selengkapnya