Langkah Noah terdengar mantap menyusuri lorong menuju ruang tamu, tapi di balik wajah tenangnya, pikirannya berkecamuk. Setelah semua percakapannya dengan Jasmine semalam—yang meskipun singkat, terasa begitu penting—ia tidak menduga pagi ini harus kembali berhadapan dengan masa lalu... dan dengan Harness.Begitu pintu ruang tamu dibuka, Noah menemukan Harness berdiri dekat jendela, memandangi taman depan seperti sedang menyusun strategi. Penampilannya rapi seperti biasa—kemeja putih tanpa kerutan, jas abu-abu ringan, dan aroma parfum mahal yang terlalu kentara. Tapi yang lebih mengganggu Noah bukan penampilan pria itu, melainkan ekspresi matanya yang terlalu tenang. Terlalu yakin.“Noah,” sapanya, menoleh dengan senyum lebar yang terasa dingin. “Akhirnya kita bisa bicara.”Noah tidak menjawab langsung. Ia melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. “Apa yang kamu mau, Harness?”“Santai dulu.” Harness duduk tanpa diminta, menyilangkan kaki dengan sikap familiar yang mengganggu. “Aku
Last Updated : 2025-05-26 Read more