Noah mendekat sedikit, mencoba membaca nada dalam suaranya.“Aku juga capek hidup dalam penyesalan, Jas.”Mereka terdiam lama. Hujan seperti menegaskan kebekuan di antara mereka. Tapi, di balik keheningan itu, ada gerak kecil—seperti akar yang perlahan tumbuh di tanah yang sebelumnya tandus.“Kamu masih tidur di kamar tamu?” tanya Jasmine tiba-tiba, tanpa menoleh.Noah mengangguk. “Kecuali kalau kamu...”“Enggak. Tetap di sana.” Jasmine menghembuskan napas pelan. “Tapi kalau kamu bangun lebih pagi, tolong jangan bikin kopi terlalu kuat. Aku nggak suka aromanya memenuhi dapur.”Noah tersenyum kecil. “Baik. Aku akan ingat.”Lalu ia melangkah pelan ke pintu, namun sebelum keluar, ia menoleh. “Selamat malam, Jasmine.”Jasmine memejamkan mata. “Selamat malam, Noah.”Pintu tertutup perlahan. Jasmine berdiri di sana, memeluk tubuhnya sendiri. Di luar, hujan masih turun. Tapi untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, rasa hampa di hatinya sedikit berkurang.Di kamar tamu, Noah duduk di tep
Terakhir Diperbarui : 2025-06-01 Baca selengkapnya