Bab 12.“Duh… nggak usah repot-repot, Mbak. Padahal, saya hanya sekedar mampir setelah lewat sini.” Sakinah menatapku yang membawa nampan dengan penuh rasa sungkan. “Ah, ini hanya ada air hangat, Mbak.” Aku tersenyum sembari menurunkan teh manis dari nampan. Lalu, menjatuhkan bobot tubuh ini su atas sofa, bersebrangan dengan Sakina.“Silakan diminum, Mbak. Ini bolu buatan saya sendiri.” Aku menatap piring yang berisi bolu kukus coklat. Hasil eksperimenku tadi. Meski bingung dengan kedatangan Sakinah yang secara tiba-tiba, aku tetap berusaha menyambutnya dengan baik. Memperlakukan layaknya seorang tamu.Bibir wanita itu terlihat melengkung hingga matanya menyipit. “Wah… rajin sekali Mbak Ratih. Pasti suaminya sangat bahagia memiliki istri seperti Mbak Ratih. Rajin masak,” ucapnya, terdengar tulus. Aku hanya tersenyum getir. “Saya nggak punya suami, Mbak.” “Maaf, Mbak. Sungguh, saya tidak bermaksud—”“Tak apa, Mbak.” Lekas aku memotongnya, lalu tersenyum ke arah Sakina yang terl
Last Updated : 2025-05-10 Read more