Kalimat yang terlontar dari mulut Alma menghantam Arhan seperti badai di siang bolong. Dia terpaku dengan mulut terbuka, tapi tak ada suara yang keluar. Otaknya kosong sejenak, kemudian dipenuhi kepanikan yang meletup dari dalam dadanya. Arhan tertawa canggung yang terdengar sumbang, ia mencoba memecah ketenangan, “Alma … kamu bercanda, ‘kan? Tadi kamu bilang apa barusan?”Alma menatapnya, tenang, seakan tidak terjadi apa-apa. “Cerai, Mas.” Tidak ada keraguan sama sekali.Dua kata itu jatuh seperti palu ke wajah Arhan. “Kamu bercanda ….," gumamnya lagi. Kali ini suaranya lebih seperti memohon pada kenyataan agar semua itu tidak benar. “Aku serius,” lanjut Alma tanpa mengubah nada suaranya. “Kalau Mas nggak bisa terima aku seperti ini, untuk apa kita terus menyiksa satu sama lain?”Mata Arhan membulat, tidak menjawab. Lidahnya kelu. Jantungnya berdebar keras. Cerai? Alma baru saja menuntut cerai kepadanya!? Yang benar saja!Memang, patut Arhan akui, dia tak mencintai Alma seperti
Last Updated : 2025-07-13 Read more