Mobil yang dikemudikan Felix melaju tenang di jalanan ibukota yang mulai lengang menjelang malam. Di kursi penumpang, Alma sesekali menoleh ke arah jendela, menyaksikan lampu-lampu jalanan yang berkelebat cepat. Suasana di dalam mobil terasa nyaman, tetapi Alma masih bisa merasakan detak jantungnya yang sesekali lebih cepat. Tiba-tiba ponsel Alma berdering. Nama Septiana tertera di layar. “Halo, Na?” sapa Alma, menyambungkan telepon. “Ma! Maaf ya, aku belum sampai apartemen. Aku masih di mall, ini lagi antre di kasir. Access card apartemen kan cuma satu, dan lagi aku bawa. Jadi kamu belum bisa masuk dulu …” Alma memutar tubuhnya sedikit, memegang ponsel lebih erat. “Oh, iya. Nggak apa-apa, Na. Aku tunggu aja di lobby.” “Eh, jangan dong!” sahut Septiana cepat. “Mumpung kamu bareng Felix, jalan-jalan aja dulu! Ke cafe, nonton, atau ke mall. Ngobrol-ngobrol manis kek! Udah lama juga kalian nggak jalan bareng, kan?” Alma memicingkan mata. “Septiana …” desahnya dengan nada menegur. “
Last Updated : 2025-07-24 Read more