Laura menatap kosong pada butiran salju yang jatuh, dan meleleh membasahi kakinya yang telanjang. Dia pergi dari rumah Keluarga Green seperti orang yang kehilangan akal, hingga lupa dengan kakinya yang tak memakai apa pun. Dia duduk di halte bus seperti orang yang kehilangan arah, bukan hanya pulang, tetapi juga arah hidup yang entah ke mana. Setelah ini ... harus ke mana lagi dia pulang? Masih adakah tempat yang bisa disebut sebagai rumah? Apa masih ada orang yang bisa dia percaya setelah semua pengkhianatan yang berkali-kali? Ponsel milik Laura bergetar, membuat wanita itu menoleh untuk melihatnya. Sebelumnya, nama Harry terus muncul di layar ponsel. Namun, Laura memilih untuk mengabaikannya begitu saja. Bukan karena tidak suka, dia hanya terlalu takut dengan semua pertanyaan yang mungkin akan pria itu tanyakan padanya. Laura butuh waktu. Butuh udara untuk bisa bernap
Last Updated : 2025-05-31 Read more