All Chapters of Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan : Chapter 141 - Chapter 150

Sedang di tempat lain, Galih yang sedang di sibukkan dengan masalah Riana pun sampai lupa kalau hari ini Ammar beserta keluarga kecilnya datang berkunjung ke rumahnya. “Halo, Sayang. Ada apa?” tanya Galih saat panggilan terhubung dengan Aisyah di seberang telepon. [Kok ada apa, Mas? Ini Pak Ammar dan Kiara sudah datang. Mas sekarang lagi di mana?] “Ya ampun! Aku lupa, sayang. Aku Iagi di kedai ini,” Ucap Galih seraya menepuk jidatnya. [Lupa? Kok bisa lupa, Mas? Apa ada masalah?] “Eem... Iya, Sayang.” Baru saja Aisyah hendak bertanya, Galih sudah kembali berucap. “Ya udah kalau gitu Mas pulang sekarang ya, sayang!” Ucap Galih sambil memutuskan sambungan teleponnya dengan dengan Aisyah secara sepihak. Galih sudah mendapatkan informasi valid bahwa foto istrinya itu merupakan sebuah editan. la juga sudah mengantongi bukti itu. Rasanya ia ingin mengurus masalah Riana saat ini juga. Namun, karena ia sudah terlanjur ada janji dengan Ammar, maka Galih pun mengesampingkan masalah Riana

Aisyah mengusap pelan punggung suaminya. la tahu Galih pasti sedang mati-matian menahan emosi karena ada dirinya. “Saya benar-benar minta maaf, Pak Galih dan Bu Aisyah!” Ungkap Riana masih menunduk. Tak berani menatap ke arah orang-orang di hadapannya. “Maaf saja gak cukup! Saya gak terima kamu sudah fitnah istri saya! Saya sudah punya bukti kuat kalau foto yang kamu kirim itu editan! Saya akan proses kamu sesuai hukum yang berlaku!” ujar Galih, kali ini ia tak dapat lagi menyembunyikan amarahnya. “Mama setuju!” Tambah Renita, ikut mendukung. Tak terima juga menantunya di fitnah seperti itu. “Dio juga setuju!” Sambung Dio ikut setuju. “Silahkan, Pak. Saya akan terima kalau memang Pak Galih mau melaporkan saya ke pihak berwajib. Saya siap menerimanya, Pak!” Ujar Riana pasrah. Aisyah tercengang, wanita itu meminta dirinya di laporkan saja? “Saya mengaku salah, Pak, Bu! Saya melakukan semua itu hanya karena cemburu dengan Bu Aisyah. Saya benar-benar minta maaf, saya menyesal!” Ung

“Iya, tapi hajarnya perempuan kan bukan pakai otot, tapi pakai mulut. Hahaha...” Ucap Kiara sambil tertawa. Tawa wanita itu membuat Aisyah ikut tertawa juga.“Iya sih bener juga, kamu bilangin apa sama mereka kalau lagi berantem gitu?” Aisyah mulai tertarik dengan cerita kebar-baran Kiara.“Aku suruh aja perempuan itu jadi call girl, ngapain kuliah kalau hanya jadi ayam kampus murahan!” Ungkap Kiara tak ada yang di tutupi.Mata Aisyah seketika terbelalak karena terkejut. la tak bisa membayangkan bagaimana reaksi mahasiswi itu. Seorang istri dosen menawarinya jadi 'call girl'?“Terus gimana reaksinya?” Tanya Aisyah semakin penasaran.“Ya... Dia jadi malu lah!! Perempuan itu gak berani lagi gangguin Mas Ammar! Biar aja aku di bilang istri dosen yang kurang ajar, kelakuan mereka aja gak bisa di ajarin. Aku bar-bar juga tergantung lawan kok, gak semua aku hadapin dengan brutal, tapi kalau modelan mahasiswi begitu memang harus di gituin biar gak ngelunjak!!” Ungkap Kiara lagi.Aisyah menga

Riana hanya bisa pasrah. Ia benar-benar terus di ancam Beni jika protes sedikit saja. Alhasil, Riana terpaksa membersihkan kolam lele tersebut. Dengan susah payah, ia mencoba membersihkan kolam yang sangat kotor dan bau amis itu.Riana benar-benar tidak pernah menyangka jika dirinya akan di hukum seperti ini. Berkali-kali ia menahan mual sampai akhirnya mengeluarkan isi perutnya. Perutnya tak kuat menahan bau amis dari kolam ikan lele itu.“Pak saya beneran gak kuat cium baunya, Pak!!” Riana berkata dengan suara terengah-engah usai mengeluarkan isi perutnya.“Gak ada yang nyuruh kamu cium kolamnya, saya cuma suruh kamu bersihin!!” Ketus Beni, tak menerima apapun alasan Riana.“Iya, Pak. Maksud saya, saya gak kuat dengan bau amis dari kolamnya, Pak. Tolong, jangan siksa saya seperti ini, Pak. Saya kapok, saya janji gak bakalan mengganggu kehidupan Galih lagi sama keluarga Bu Renita, Pak!!” Ungkap Riana benar-benar tak tahan lagi.“Oh... Tidak semudah itu! Hukuman harus tetap di lakukan

Kini mobil Wijaya memasuki area parkiran mall yang letaknya di tengah kota.Mobil Renita juga ikut masuk, beruntung ada tiga mobil di depannya, hingga membuat posisinya aman.Apalagi saat ini Wijaya belum sadar karena sedang asyik bersama wanitanya itu di mobil.Renita ikut memarkirkan mobilnya di posisi yang sekiranya bisa mengawasi mobil suaminya itu, agar tetap aman dan tidak ketahuan.Lagi-lagi ia mendapat kemudahan karena menemukan posisi yang pas untuk memperhatikan Wijaya. Jantung Renita seakan bertalu-talu. Napasnya sejak tadi memburu, ingin rasanya segera turun dan menghampiri mobil suaminya.Namun, Renita masih berpikir dengan baik. la berusaha menahan diri di dalam mobil sembari menunggu Wijaya turun dari mobil.Detik berikutnya,Mata Renita seketika membelalak lebar saat melihat yang keluar dari mobil Wijaya bukanlah suaminya. Melainkan seorang wanita!“Diaaa!!!” Gumam Renita, saat melihat jelas wajah wanita yang turun dari mobil suaminya.Dengan tubuh yang gemeteran, Reni