"Apa? Racun mematikan?" Kahar menatap Ranjana dengan tidak percaya. "Yang di tanganmu itu benar-benar racun mematikan?""Kak Kahar, kenapa kamu malah percaya pada Panji yang hanyalah orang luar, bukannya aku yang merupakan adikmu?"Ranjana melirik Panji. Pada saat ini, ekspresi terdistorsi di wajahnya telah lenyap total dan digantikan oleh ketidakacuhan, seolah-olah pria yang baru saja menggila dan ingin membunuh orang itu bukanlah dirinya.Mendengar ini, Kahar mencibir, "Aku nggak percaya sama kalian berdua. Ranjana, berikan barang di tanganmu itu kepadaku."Kahar menghampiri Ranjana, lalu merebut botol dari tangannya, membukanya, dan menuang isinya ke lantai."Lihat saja! Kak Kahar, lihat! Sudah kubilang itu racun mematikan. Dia ...."Panji berbicara dengan penuh semangat dan merasa dirinya dapat membuktikan ucapannya. Sesaat kemudian, ketika melihat genangan air biasa di lantai, dia pun tertegun. Ranjana tersenyum tipis. "Kak Kahar, sudah lihat, 'kan? Sudah kubilang aku nggak melak
Read more