"Bernyali sekali kamu! Syakia, berani sekali kamu pakai gaun bermotif awan ungu yang melambangkan keluarga kekaisaran ....""Diam!"Kahar bersikap layaknya orang picik yang tidak sabar untuk menjatuhkan orang lain begitu menemukan celah. Begitu menyadari hal ini, dia langsung menegur Syakia. Namun, sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, ayahnya sudah menyela dengan tegas.Kahar benar-benar bodoh.Semua orang mengetahui bahwa motif awan ungu melambangkan keluarga kekaisaran. Mana mungkin Syakia tidak tahu? Meskipun tahu, Syakia juga berani mengenakan pakaian itu secara terang-terangan, itu sudah mengungkapkan sebuah kebenaran yang mengejutkan.Kebenaran ini membuat Ayu begitu cemburu hingga raut wajahnya berubah selama beberapa detik.Atas dasar apa Syakia bisa menerima kehormatan dan kemuliaan seperti itu? Bukankah semua ini seharusnya adalah miliknya? Ayu berpikir dengan marah sambil menunduk.Seandainya Syakia tahu apa yang dipikirkan Ayu, dia mungkin akan menertawakan angan-an
"Syakia? Buat apa dia datang kemari?" ujar Kahar dengan kesal. Dia adalah yang paling pertama bersuara.Damar mengalihkan pandangannya ke Joko. "Kamu yang memintanya datang?"Meskipun itu adalah sebuah pertanyaan, Damar terdengar sangat yakin.Joko mengabaikan Damar, lalu berdiri dan bersiap-siap untuk membawa istri serta anaknya pergi menyambut Syakia. Pada saat ini, sosok lain malah berjalan keluar pintu lebih cepat darinya. Joko pun menoleh. Bukankah itu Abista? Apakah dia salah? Bukankah semua anggota Keluarga Angkola punya prasangka buruk terhadap Syakia? Kenapa Abista malah lebih tergesa-gesa darinya setelah mendengar Syakia datang? Bahkan dari samping belakang, Joko dapat melihat bahwa Abista sepertinya juga tersenyum gembira?Abista tidak menyangka Syakia akan datang ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan hari ini! Dia datang untuk Kama atau Panji? Namun, apa pun alasannya, selama dia bisa melihat Syakia, dia sudah gembira."Tuan Abista, pelan sedikit. Kamu belum sepenuhnya s
"Ibu, ini bukan salah Ibu. Ini salahku. Siapa suruh aku nggak dengar nasihat Ibu."Panji juga memeluk ibunya dan menangis tersedu-sedu. Ibu dan anak itu bahkan duduk di lantai dan menangis sejadi-jadinya hingga membuat Damar dan yang lainnya sakit kepala.Ayu yang terjebak di tengah kedua belah pihak sangat sebasalah. Dia tidak menyangka Kahar dan Ranjana akan menyerang Panji di hari kepulangannya. Mereka bahkan begitu kejam hingga mematahkan kaki Panji dan hendak meracuninya. Apa mereka ingin membuatnya hidup tersiksa di Kediaman Keluarga Darsuki dengan membalas dendam seperti ini terhadap Panji? Kedua orang itu benar-benar bodoh!Sebahagia apa Ayu saat pulang kemarin, seberapa menyesal pula dia hari ini. Seandainya dia tahu Kahar dan Ranjana akan menyerang Panji, dia tidak akan membiarkan Panji ikut dengannya. Dengan begitu, kedua orang bodoh itu tidak akan bisa menimbulkan masalah sebanyak ini dan bahkan melibatkannya!Kini, semua itu telah terjadi dan Ayu tidak bisa berbuat apa-ap
Keesokan harinya.Kereta kuda Keluarga Darsuki dan beberapa pengawal yang dikirim oleh Joko tiba di gerbang Kuil Bulani pagi-pagi sekali. Namun, mereka tidak langsung mengetuk pintu. Sebaliknya, mereka menunggu hingga Syakia selesai mengikuti kelas pagi dan membaca sutra sebelum dengan hormat meminta seorang biksuni muda untuk mengumumkan kedatangan mereka.Sesaat kemudian, Syakia yang mengenakan gaun putih bermotif ungu naik ke kereta kuda Keluarga Darsuki. Kereta kuda itu pun melaju menuju ibu kota.Di dalam kereta kuda, Syakia duduk tegak dengan mata terpejam dan pikiran tenang.Namun, suasana di dalam kereta kuda sangat kontras dengan kerumunan di luar. Yang datang menjemput Syakia hari ini semuanya adalah pengawal pribadi Joko.Pengawal bersenjata pedang yang memimpin di depan adalah Yohan Darsuki, sepupu Joko dari keluarga cabang. Ada banyak urusan Keluarga Darsuki yang ditanganinya, termasuk koordinasi dengan Keluarga Angkola.Jadi, Joko juga tidak menyembunyikan rencananya kali
Joko mengeluarkan sebuah buku keuangan. Melihat buku di tangannya, Syakia tiba-tiba teringat sesuatu. Ekspresinya seketika berubah dan dia bertanya dengan heran, "Itu buku keuangan siapa?"Itu tidak mungkin adalah buku keuangan Keluarga Darsuki, apalagi buku keuangan Keluarga Angkola, 'kan? Jika itu adalah buku keuangan Keluarga Angkola, untuk apa Joko meminta bantuannya? Jadi, buku keuangan ini pasti adalah milik keluarga yang dipikirkan oleh Syakia. Melihat reaksi Syakia, Joko tahu bahwa dia pasti telah mengetahui sesuatu dari suatu tempat. Jadi, dia pun berkata secara jujur, "Setelah tahu Putri Suci ingin meneruskan garis keturunan Keluarga Kuncoro, aku pun mempersiapkan ini sebagai hadiah untuk dipersembahkan di upacara pergantian marga. Ini adalah bagian dari aset Keluarga Kuncoro."Dugaan Syakia ternyata benar. Dia bergegas menuruni tangga, lalu mengambil buku keuangan itu dari tangan Joko, dan membolak-baliknya.Joko tidak menghentikan Syakia. Warisan Keluarga Kuncoro ini telah
"Kalau Putri Suci dapat menegakkan keadilan bagi Keluarga Darsuki dalam masalah ini, mulai sekarang, Keluarga Darsuki akan berpihak pada Putri Suci dalam segala hal dan melayani Putri Suci dengan sepenuh hati."Tidak seorang pun menyangka bahwa setelah mengetahui insiden Panji di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, Joko bukannya langsung pergi ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, melainkan pergi ke Kuil Bulani dan berseru di luar gerbang untuk meminta Syakia mewakili mereka turun tangan.Sesaat kemudian, Syakia berdiri di gerbang Kuil Bulani. Dia berdiri di atas tangga dan memandang ke bawah dengan ekspresi acuh tak acuh."Hormat, Putri Suci. Semoga Putri Suci panjang umur." Joko membungkuk dengan hormat. Syakia berkata dengan tenang, "Kuil Bulani adalah tempat yang suci. Harap Tuan Joko berhati-hati dalam berkata dan bertindak, juga jangan membuat keributan.""Putri Suci, maafkan aku. Aku terpaksa melakukannya karena terdesak. Lain hari, aku akan datang lagi untuk meminta maaf pa