"Rizal ... kamu benar Rizal?" "Benar, Mbak. Aku Rizal. Aku suamimu." Rizal segera menghampiriku, ia berjongkok di depanku seraya memelukku yang kini sedang menangis. "Maafkan aku, Mbak. Kumohon maafkan aku membuatmu berada di posisi ini." Dia ikutan menangis, tangisan pilu yang cukup menyayat hatiku. Sebenarnya, Rizal tidak bersalah. Samuel adalah pelakunya, tapi Rizal terus meminta maaf seakan ini semua adalah kesalahannya. "Ayo, Mbak, kita bangun dulu." Rizal membantuku berdiri dengan hati-hati, lalu memapahku untuk duduk di sofa ruang tamu. "Aku ambilkan minum dulu, ya." Aku menahan pergelangan tangan Rizal yang hendak pergi. "Duduklah, aku enggak haus."Rizal menurut, ia lantas duduk di sebelahku dengan pandangan yang menunduk ke bawah."Akhirnya, kamu sudah tahu rahasiaku, Mbak," katanya setelah kami terdiam cukup lama. "Kamu pasti menganggapku aneh."Ia kemudian menyadarkan tubuhnya di sofa, pandangannya menerawang jauh ke atas. "Sekarang, keputusan aku serahkan padamu, M
Last Updated : 2025-03-01 Read more