Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan

Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Oleh:  AshZeOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
80Bab
1.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Aku yang dicap sebagai perawan tua tiba-tiba dinikahi oleh Rizal–berondong yang usianya sepantaran dengan adik laki-lakiku. Meskipun kata orang-orang Rizal adalah pemuda yang berandalan, tapi selama menikah denganku, Rizal sangat baik dalam memperlakukanku. Hingga suatu hari, rahasia besarnya terbongkar..

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1. Perawan Tua

"Ustaz sudah punya calon istri belum?"

Aku hanya bisa ternganga ketika mendengar pertanyaan dari perempuan paruh baya yang suaranya sangat aku kenali itu.

Ya, suara perempuan paruh baya itu adalah orang yang sudah melahirkanku tiga puluh tiga tahun yang lalu atau yang biasa kupanggil dengan sebutan Ibu.

Lagi-lagi, Ibu bertanya hal yang memalukan lagi. Kemarin, beliau bertanya hal demikian kepada Juragan tanah, Juragan minyak, bahkan Juragan beras. Dan sekarang, Ibuku bertanya kepada ustad yang sedang mengadakan sesi tanya-jawab setelah ceramah yang disampaikannya selesai.

"Kalau belum punya calon istri, apa mau saya jodohkan dengan putri saya? Dia cantik lho, Taz."

Aku langsung menutup wajahku menggunakan masker yang berada di saku gamisku.

Mungkin niat Ibu baik, agar diriku yang dicap sebagai perawan tua ini segera bertemu jodohnya. Tapi, apa harus sampai segitunya? Menjadi perawan tua bukanlah tindakan kriminal, ‘kan?

Terkadang, aku ingin menangis meratapi nasib. Hal seperti ini bukan hanya sekali terjadi, tetapi sudah berulang kali.

Namun, apalah dayaku yang tidak bisa menghentikan aksi Ibuku tersebut. Karena kalau aku menghentikannya, ujung-ujungnya, doa-doa buruk darinya akan ke luar begitu saja.

"Ibumu berulah lagi, Ra." Mbok Sum, perempuan yang usianya sepantaran dengan Ibuku yang kebetulan duduk bersebelahan denganku menyenggol lenganku.

Sudah menjadi rahasia umum kalau Ibu adalah orang yang gemar mencarikan jodoh untuk putrinya yang disebut sebagai perawan tua ini.

Aku menoleh sembari tersenyum kecut. Mau marahpun itu juga akan terasa percuma.

"Sebaiknya kamu pulang duluan sebelum mendengar kata penolakan."

Lagi-lagi aku menghela napas panjang. Perkataan Mbok Sum memang benar adanya. Dari sekian usaha yang Ibuku lakukan, ujung-ujungnya mereka akan menolak dengan alasan berbagai macam. Mulai dari sudah beristri, sudah mempunyai calon, ingin mempunyai calon yang usianya masih muda atau belum ingin menikah.

Ah, benar-benar memalukan bukan? Ibaratnya aku adalah sebuah barang yang diobral ke sana-sini agar segera laku, namun pada akhirnya tidak ada yang membelinya juga.

"Ya sudah, kalau begitu saya pulang duluan ya, Mbok. Kalau ibu saya bertanya, bilang saja tidak tahu."

"Iya, Ra."

Tanpa pikir panjang, aku segera beranjak dari tempat dudukku lalu menyelinap ke luar dari masjid ini.

Aku berjalan ke rumah dengan gontai. Bingung sekali kalau berada di posisiku saat ini. Aku tulang punggung keluarga, wajar kalau belum menemukan jodoh karena sibuk bekerja. Ayahku meninggal dunia ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar karena sakit.

Dulu, pernah ada yang melamar saat usiaku dua puluh lima tahun, tapi ditolak oleh Ibu dengan mentah-mentah karena calon suamiku adalah orang miskin. Aku disuruh bekerja untuk menyekolahkan kedua adikku. Sekarang, aku belum menikah, Ibuku malah kalang kabut.

"Ibu mana, Mbak?" tanya Fika adikku, saat aku baru saja menginjakkan kaki di dalam rumah. 

"Masih di masjid, Fik. Mbak pulang duluan."

Saudara perempuan yang terpaut usia lima tahun dariku itu langsung mendekat ke arahku.

"Bagi duit dong, Mbak," pintanya kemudian.

Aku melepas kerudungku lalu duduk di kursi ruang tamu. "Memangnya suamimu nggak ngasih duit? Kok, dari kemarin minta Mbak terus?"

"Perhitungan banget sama adik sendiri. Pantesan jadi perawan tua! Pantesan gak laku-laku!"

Aku langsung mengucap istighfar saat Fika berkata demikian. Sebenarnya tidak hanya Fika, Ibuku pun juga sering mengatakan hal serupa jika aku tidak memberikan apa yang mereka minta. Kalau begini, rasa-rasanya aku ingin menghilang dari peredaran bumi.

"Ya sudah tunggu sebentar, Mbak ambilkan."

"Nah, gitu dong!"

Aku beranjak dari tempat dudukku menuju kamar lalu mengambil tiga lembar uang berwarna merah dan aku berikan kepada Adikku tersebut.

"Kok, cuma segini? Kuranglah, Mbak!"

"Kemarin kamu sudah aku kasih lima ratus ribu lho, Fik."

"Ah, kalau pelit bilang aja pelit!" tanpa berterimakasih, Fika langsung pergi meninggalkan rumah begitu saja.

Aku mengelus dada melihat kepergiannya. Zaman sekarang mencari uang itu susah. Dia hanya tahunya meminta saja. Padahal suaminya juga bekerja, dia juga belum mempunyai anak. Tapi, tetap saja kalau urusan uang, aku yang selalu dimintainya. Kalau tidak dikasih, doa-doa buruknya langsung keluar begitu saja.

Aku langsung pergi ke kamarku. Sore ini aku akan kembali ke ibu kota, meskipun jatah liburku masih satu hari. Sungguh aku sudah tidak betah berada di rumah ini.

***

"Ayo buruan pakai kerudungnya! Orang kok lelet, pantesan jodohnya juga lelet!" omel ibuku lagi. Niat hati ingin kembali ke ibu kota kemarin sore akhirnya gagal karena perempuan paruh baya itu tidak mengizinkannya.

"Rara sudah bilang kalau nggak mau ikut arisan, Bu. Itu 'kan arisan khusus ibu-ibu."

"Lha, seharusnya kamu juga sudah jadi ibu-ibu! Umur 33 tahun belum menikah memangnya wajar?"

"Nggak ada batasan waktu kapan orang itu menikah, Bu."

"Iya, tapi Ibu tuh malu, Ra. Tiap hari ada saja yang bertanya kapan kamu nikah. Katanya kamu perempuan gak laku, katanya kamu kena sawan makanya sulit jodoh."

"Ya ... tinggal jawab aja kalau belum ketemu jodohnya, Bu."

Terdengar Ibuku mendengus kesal. "Ini efeknya kalau suka mendebat orang tua! Lama-lama, kamu Ibu jodohkan juga dengan pak Kades dari kampung sebelah biar dijadikan istri keempatnya!"

"Tega amat sama anak sendiri, Bu."

"Makanya sekarang ikut Ibu! Nanti Ibu mau minta suaminya bu Ndari untuk menerawangmu!"

"Astaghfirullah, menerawang gimana maksudnya, Bu?"

"Siapa tau kamu ketempelan jin, jadi jodohnya sulit. Udah ayo cepet pakai kerudungnya!"

"Iya-iya." Tak ingin berdebat lagi, dengan terpaksa aku menurut. 

Aku segera memakai kerudung yang telah disiapkan oleh Ibu dan berjalan mengikutinya.

***

"Rara harus dimandikan kembang tujuh rupa tepat malam jum'at nanti Bu Retno."

Aku melongo, baru juga tiba di tempat arisan, Pak Karyo—suaminya Bu Ndari sudah berkata demikian. 

Inikah yang dinamakan menerawang?

"Aura anak Bu Retno ini hitam pekat penuh dengan kegelapan. Memandikannya dengan kembang tujuh rupa akan membuat aura hitam itu menghilang."

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Ini ajaran dari mana ya Allah? Rasanya aku ingin berlari menjauh dari orang-orang ini.

"Terus memandikannya harus jam dua belas malam tepat di sungai dekat pohon besar."

Aku langsung menarik lengan baju Ibuku agar tidak mengikuti perkataan konyol tersebut.

"Jangan lupa bawa sesajennya, kembang tujuh rupa dan telur ayam hitam tujuh butir."

"Ya baiklah, nanti malam akan saya bawa."

"Bu, aku nggak mau. Itu sama saja syirik, lho," bisikku pada Ibu.

"Ini demi kebaikanmu, Ra. Biar kamu itu segera bertemu dengan jodohmu!"

"Bu, jodoh itu urusan Allah."

"Diam, kamu! Bisanya bikin pusing kepala saja! Pulang duluan sana nggak usah jadi ikut arisan!" bentak Ibuku yang membuat kami langsung menjadi pusat perhatian.

Rasanya malu sekali berada di posisiku saat ini. Sehina inikah perempuan berusia matang tapi belum menikah?

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
fatmawati
bagus ceritanya kak, aku suka... ditunggu lanjutannya kak gk pakek lama...
2025-02-03 21:57:56
1
80 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status