“Gimana, Tan, terapinya?” tanya Sinar antusias saat melihat Eila lebih dulu keluar ruangan. “Pras mau datang aja, udah syukur banget, Nar,” jawab Eila. “Makasih, ya. Semoga aja ke depannya bisa ada progres. Apa pun itu.”“Saya yang harusnya berterima kasih.” Sinar kembali mengingat detik-detik di saat Pras menggeram menahan sakit kala itu. “Mau sebanyak apa pun itu, rasanya saya nggak bisa ngebayar utang budi saya ke mas Pras.”“Nggak usah terlalu dipikirkan,” ucap Eila mengusap lengan Sinar. “Tante minta doanya aja.”Sinar menatap ponselnya yang berdering singkat. Ia membaca pesan yang dikirimkan oleh Elo, tetapi tidak membalasnya,“Saya selalu doain mas Pras,” ujar Sinar masih merasa tidak enak hati pada Eila. “Semoga ada keajaiban dan dia bisa jalan seperti dulu.”“Amin.”“Tan, saya pamit ke toko dulu, ya,” ujar Sinar segera menyalami Eila. “Sudah ditunggu mas El di lobi.”“Oke, Tante juga bentar lagi pulang,” kata Eila. “Hati-hati, ya.”“Iya, Tan,” pamit Sinar lalu berlari kecil
Terakhir Diperbarui : 2025-07-29 Baca selengkapnya