Sinar mencengkeram kemeja Andri, menariknya dengan gerakan cepat dan kasar, sebelum melepaskannya dengan dorongan kuat ke sudut kantor yang sepi.“Hei, apa—”“Kamu sudah nyampurin minumanku dengan obat tidur malam itu!” potong Sinar tajam, mendorong dada Andri dengan penuh amarah. “Berengsek!”Bukannya menyesal, Andri justru terkekeh pelan. Ia menegakkan diri, melirik sekeliling sejenak. Di siang hari seperti ini, lorong menuju tempat percetakan memang sepi. Para pekerja baru akan berdatangan menjelang sore.“Jangan lebay, Nar.” Andri menyeringai, merapikan kerah seragamnya. “Gue cuma mau bantu lo istirahat. Lo kelihatan capek, kan? Capek hati habis patah hati.”“Bukan urusan lo!” Sinar sudah enggan bersikap sopan pada pria itu. Namun, darimana Andri tahu Sinar sedang patah hati?Jangan-jangan, Bimalah yang memberitahukan hal tersebut pada pria itu.Andri berdecih. Menghabiskan jarak, tetapi gadis itu segera mundur beberapa langkah. “Heh! Gue tahu, ya! Malam itu lo dibawa sama pak Bint
Terakhir Diperbarui : 2025-04-09 Baca selengkapnya