Saat Zane hendak melangkah pergi, meninggalkan aroma pesta dan bayangan masa lalu, sebuah sentuhan yang terlalu familiar menghentikan langkahnya. Natasya, dengan gerakan cepat yang penuh keputusasaan, meraih dan menahan pergelangan tangan Zane yang kekar. Cengkeramannya erat, seolah takut kehilangan sekali lagi.“Zane... tunggu dulu,” ujar Natasya, suaranya bergetar halus, sengaja dibuat lembut dan rentan. Matanya, yang besar dan biasanya penuh percaya diri, kini memandangnya dengan penuh harap. Natasya sungguh berharap malam ini dia tidak pulang dengan tangan kosong dan hati hampa.“Zane... kau masih marah padaku?” tanyanya, mendesah lembut. Setiap kata sengaja diukur, dirancang untuk menusuk langsung ke rasa bersalah dan nostalgia yang mungkin masih tersisa di hati Zane.Saksi atas ketegangan ini, Belvan, merasa suasana menjadi terlalu pengap baginya. “Heem... aku lupa!! Kamarku belum kukunci!” kilahnya, suaranya terdengar canggung dan terburu-buru. Sebenarnya, dia hanya merasa tidak
Terakhir Diperbarui : 2025-08-13 Baca selengkapnya