Anita tersenyum tipis. Meski tak bisa bersenang-senang dengan Zane, setidaknya dia masih bisa bersenang-senang dengan uangnya.“Aku akan selalu menantikan teleponmu, sayang,” ujar Anita sambil memeluk Zane dari belakang.Entah kenapa, pelukan itu membuat Zane merasa tidak nyaman. Ada sesuatu yang berbeda. Tidak seperti biasanya.Dengan pelan, Zane menurunkan tangan Anita dari tubuhnya dan berjalan ke kursi kerja.“Ya, aku akan menghubungimu secepatnya,” katanya tanpa menoleh, lalu mulai membaca berkas-berkas di mejanya.“Baiklah… aku pergi dulu, sayang,” pamit Anita, tapi hanya mendapat anggukan dingin dari Zane.Saat Anita membuka pintu untuk pergi, Belvan masuk ke ruangan—tanpa menoleh sedikit pun ke arah Anita.Belvan memang tidak pernah menyukai wanita itu. Tapi selama Zane menyebut Anita hanya sebagai boneka mainan, ia tak keberatan dengan kehadirannya.Pintu tertutup."Tumben dia pulang cepat," sindir Belvan, mengingat mereka sempat naik lift bersama menuju ruangan direktur utam
Terakhir Diperbarui : 2025-08-02 Baca selengkapnya