Ali menatap Abah dengan mata terbelalak, sulit percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Suaranya nyaris tercekat. “A-apa maksud Abah? Abah... Abah sedang bercanda, kan?”Umi Kulsum, yang sejak tadi duduk di samping sang suami sambil mendengarkan, akhirnya angkat bicara. Suaranya lembut, tetapi sarat dengan keyakinan.“Ali, ini bukan candaan,” Umi memulai. “Kami sudah membicarakan ini sebelum berbicara denganmu, Nak. Beberapa minggu terakhir, Umi dan Abah bermimpi. Dalam mimpi itu, kami pergi jauh, meninggalkan pesantren ini. Di belakang kami, pesantren dilanda konflik besar, perebutan hak waris, dan bahkan terancam dihancurkan untuk menghindari perselisihan.”Ali tertegun. Matanya kini berpindah ke arah Umi, mencari penjelasan lebih jauh.“Dan dalam mimpi itu, Nak,” lanjut Umi dengan suara yang sedikit bergetar, “hanya kamulah yang mampu menyelamatkan pesantren ini. Kamulah yang berdiri di garda terdepan, mempertahankan nama baik pondok dan
Last Updated : 2025-06-06 Read more