Ibunya berusaha menenangkan, “Res, duduk dulu. Ayahmu cuma mau—”“Aku nggak minta mereka datang,” potong Respati dingin, menatap lurus ke arah ayahnya. “Rumah ini bukan tempat buat kalian datang dan main perintah sesuka hati.”Ayahnya tersenyum tipis, senyum yang selalu membuat darah Respati mendidih.“Bahasanya masih sama, ya. Nggak pernah berubah. Duduk dulu, Respati, Ayah cuma mau bicara baik-baik.”“Aku berdiri aja cukup,” balasnya tajam.Ibu tirinya menyentuh lengan suaminya, berbisik lembut, “Lihat kan, Mas, dia memang keras kepala.”Respati meliriknya sekilas, dingin, lalu menatap kembali ayahnya.“Ada urusan apa? Kalau cuma mau mengatur hidupku lagi, mending langsung keluar.”Ayahnya menarik napas panjang, mencoba menjaga wibawa.“Respati, kamu bukan anak kecil lagi. Kamu juga tahu, bisnis jaringan hotel keluarga sedang berkembang. Kamu bagian dari keluarga ini, suka atau nggak.”“Hubungan kita nggak lebih sebatas ayah dan anak lalu aku ikut jalanin bisnis hotel. Paham?” balas
Last Updated : 2025-11-11 Read more