Share

Jangan Sentuh Dia!

Penulis: DAUN MUDA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-15 23:55:18
Kedua pengawal Respati saling berpandangan, seperti sedang menentukan siapa yang harus bicara lebih dulu.

Atmosfer di ruang tamu berubah tidak tenang, seolah dinding kayu rumah itu tiba-tiba menyempit.

Pengawal pertama akhirnya melangkah mendekat.

“Non, ada kemungkinan lokasi ini sudah diketahui seseorang.”

Darah Elira langsung mengalir dingin dan keterkejutan tercetak jelas di wajah cantiknya.

“Si … siapa?”

“Belum pasti. Tapi sumber informasinya mengatakan ada pihak luar yang menanyakan keberadaan Anda. Ciri-cirinya mirip orang-orang yang bergerak di bawah keluarga Kanagara.”

Nama itu saja cukup membuat lutut Elira hampir goyah.

Tuan Kanagara.

Ayahnya Respati.

Sosok yang bahkan ia belum pernah lihat wajahnya, tapi sudah membuat hidupnya berantakan.

Elira menyentuh dada, merasa nafasnya sulit masuk.

“Kenapa mereka … kenapa mereka nyari aku? Aku … nggak kenal mereka… aku nggak salah apa-apa ke mereka.”

Pengawal pertama menunduk sedikit.

“Kami juga belum tahu, Non. Tapi sebelumnya, kami
DAUN MUDA

:-0

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Penjara Dingin

    Pagi menjelang, cahaya samar-samar mulai menyelinap masuk melalui celah gorden kamar Respati.Keheningan yang dingin tidak lagi ada.Respati memeluk Elira erat. Ia merasa lega dan cemas pada saat yang bersamaan. Ia telah melakukan tindakan yang sangat egois, tetapi ia merasa utuh kembali, seolah ia telah menemukan harta yang ia buang sendiri.Elira terbangun lebih dulu. Ia merasakan lengan Respati melingkari pinggangnya dengan kuat, seolah takut Elira akan menghilang jika pelukannya mengendur sedikit saja. Tubuh mereka bertautan, sisa-sisa keintiman malam itu masih terasa.Elira mencoba bergerak, berniat melepaskan diri dan kembali ke kamarnya.Seketika, pelukan Respati mengerat.“Jangan bergerak,” bisik Respati, suaranya dalam dan serak khas bangun tidur.“Aku harus kembali ke kamarku,” jawab Elira pelan, nadanya datar dan tanpa emosi.Ia tidak mau mengakui keintiman ini.“Nggak,” Respati menekan kata itu. Ia membuka matanya, menatap Elira dengan tatapan posesif yang dingin. “Kamu ng

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Kamu Milikku!!!

    Pukul dua dini hari. Keheningan total menyelimuti rumah itu.Respati terbangun dengan rasa haus yang luar biasa. Ia menyalakan lampu kecil di kamarnya. Pikirannya masih dipenuhi kata-kata Ibunya dan tatapan tenang Elira di Malioboro. Ia memutuskan untuk mandi agar pikirannya jernih.Respati keluar dari kamarnya, hanya mengenakan celana pendek. Langkah kakinya pelan menuju kamar mandi.Tepat pada saat yang sama, pintu kamar Elira terbuka pelan. Elira keluar. Ia juga haus. Di bawah cahaya remang-remang, terlihat jelas mata Elira sedikit sembab, bekas sisa tangis yang ia tahan setelah kembali dari Malioboro.Ia bergerak perlahan menuju dapur, tidak menyadari Respati ada di lorong.Kemudian mereka berpapasan tepat di depan kamar Respati.Elira tersentak kaget. Ia melihat Respati yang berdiri di sana, bertelanjang dada.Elira dengan cepat mengendalikan diri, wajahnya kembali datar, dan ia berusaha untuk melewatinya begitu saja, tidak peduli dengan kehadiran suaminya.“Permisi,” gumam Elira

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Suami Tidak Tahu Diri

    Elira mempertahankan senyum tenangnya, senyum yang sama sekali tidak mencapai matanya, namun cukup untuk membuat Respati dan Risa merasa canggung.Ia mengabaikan tatapan panik Respati dan menoleh ke arah Risa.“Halo, Risa. Ternyata kita bertemu lagi, ya,” sapa Elira ramah, seolah mereka hanyalah dua orang kenalan biasa. “Senang melihat kalian berdua menikmati festival ini. Kalian tampak … sangat cocok sebagai rekan kerja.”Risa terlihat sangat tidak nyaman.“Eh, iya. Kami hanya … hanya research kostum untuk event mendatang, kok.”Respati, yang masih tergagap dan bingung harus berkata apa setelah berbohong kepada Ibunya, hanya bisa diam menatap Elira. Tatapan Elira begitu tenang, begitu tidak menuduh, sehingga justru membuat Respati semakin merasa bersalah.Elira kembali menatap Respati.“Festivalnya pasti akan berlanjut sampai malam. Silakan kalian berdua lanjutkan melihat peragaan busana atau bunga-bunga ini. Tadi Ibuku bilang dia kelelahan. Aku harus segera mengantarnya pulang.”Eli

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Kalian Terlihat Akrab

    “El, kamu menang,” seru mertuanya nyaris berteriak. “Kamu juara pertama! Juara Pertama Kontes Desain Pakaian Daerah!”Elira membeku sejenak. Kemudian, rasa gembira yang luar biasa meluap. Ia bangkit dan memeluk mertuanya erat-erat, air mata kebahagiaan akhirnya tumpah setelah sekian lama ia hanya menangis dalam diam.“Aku menang, Bu! Aku berhasil!” Elira tertawa dan menangis bersamaan. Ia merasa diakui, bukan sebagai istri pelarian, tetapi sebagai seorang desainer berbakat.“Ibu tahu kamu berbakat, El!”Kemenangan ini adalah penawar untuk semua rasa sakit dan pengabaian yang ia rasakan. Elira merasa bahwa kini ia benar-benar siap untuk menghadapi perpisahan dengan Respati, karena ia punya masa depan yang bisa ia genggam dengan tangannya sendiri.Namun, di tengah luapan kebahagiaan itu, ia teringat satu hal.Respati.“Bu, Respati nggak boleh tahu aku melanggar aturannya,” kata Elira, kembali pada kewaspadaan.Mertuanya mengangguk cepat.“Jangan khawatir, El. Kita akan atur semuanya. Se

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Melewati Batas Antara Kita

    Risa terbelalak, berusaha melawan, bingung dan takut dengan perbuatan mendadak Respati itu.Tepat pada saat itu, Dion kembali dari toilet. Ia melihat pemandangan Respati sedang mencium Risa."Pak Respati!" teriak Dion langsung berlari ke arah mereka.Dion menarik Respati menjauh dari Risa dengan paksa.Risa berdiri membeku, tangannya gemetar, menutupi mulutnya.Dion menarik Respati sekuat tenaga. Respati yang sudah kehilangan kendali karena alkohol dan tekanan batin, melawan. Ia tidak peduli Dion menariknya.Fokusnya hanya pada sosok Risa yang berdiri membeku.“Elira! Kenapa kamu lari! Jangan tinggalin aku!” raung Respati, suaranya sedikit parau. Ia kembali mencoba meraih Risa. “Aku melakukan ini untuk kita! Demi keamanan kita! Jangan hukum aku dengan diammu!”Risa mundur beberapa langkah, air matanya mulai menetes karena terkejut dan ketakutan.“Pak, sadar! Ini Risa! Bukan Elira!” Dion mencoba menenangkan.“Nggak! Itu kamu! Jangan pura-pura nggak kenal aku, El!” Respati meracau, matan

  • Saudara Angkatku, Rivalku   Seperti Mencium Istriku

    Malam itu, Elira begadang. Mertuanya yang khawatir, menemaninya sesekali.“Sudah, El. Kamu istirahat. Besok pagi dilanjut,” bujuk Wulan.“Nggak, Bu. Aku mau menyelesaikannya malam ini. Aku mau finishing sulaman tangan ini. Besok pagi aku harus langsung dikirim,” jawab Elira, matanya fokus pada benang emas di tangannya.Pukul tiga pagi, gaun itu selesai. Elira menatapnya dengan bangga bercampur haru.Keesokan harinya, tepat setelah Respati berangkat kerja, Elira dan mertuanya segera mengatur pengiriman. Gaun itu dikemas dengan rapi dalam kotak koper kecil. Wulan meminta pengawal untuk mengantar mereka ke kantor pos terdekat.“Kita kirim atas nama Ibu, ya.” Instruksi mertuanya untuk menjaga kerahasiaan identitas Elira.“Makasih, Bu. Aku nggak tahu gimana membalas semua kebaikan Ibu,” kata Elira, memeluk ibu mertuanya erat.Setelah gaun itu terkirim, Elira merasa beban yang sangat besar terangkat dari pundaknya. Ia telah melakukan hal yang ia cintai, dan kini ia hanya menunggu hasilnya.M

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status