"Aku udah bilang, Zay. Terserah. Aku serahin semuanya ke kamu. Aku nggak peduli warna apa pun itu," kata Elira, kini raut wajahnya membeku. "Aku udah terlalu lelah."Zayed terdiam. Raut wajahnya berubah antara kesal dan khawatir. Sikap acuh tak acuh Elira ini sama sekali bukan Elira yang ia kenal."El, ada apa? Kamu biasanya nggak kayak gini. Aku tahu kamu masih marah, tapi kita harus bersikap profesional untuk acara ini.""Aku profesional," sela Elira, tatapannya menusuk. "Aku sudah maafin. Sekarang giliranmu yang profesional mengurus sisa pesta ini. Aku hanya perlu hadir di hari-H, bukan?"Zayed menelan ludah. Ia mencoba memaksakan senyum. "Tentu. Tapi tolong, jangan bersikap dingin begini. Aku merindukanmu.""Aku sibuk," ulang Elira, langsung berdiri dan berjalan menuju meja lain, mengakhiri pertemuan itu. "Kalau nggak ada yang dimongin, kamu bisa pulang, Zay. Aku harus segera menyelesaikan pesanan ini soalnya. Aku nggak ada waktu buat ngobrol."Zayed hanya bisa menatap punggung Eli
Last Updated : 2025-10-02 Read more