Melihat Elira yang kembali menyibukkan diri setelah Respati masuk kamar, mertuanya berjalan mendekat.“Udah larut malam. Kamu harus tidur, El,” bujuknya.Elira menghentikan mesin jahitnya, memotong benang dengan gunting.“Bentar lagi, Bu. Aku mau selesaikan satu pieces lagi.”Ibunya Respati duduk di dekat Elira, mengamati wajah sendu menantunya.“Kamu nggak boleh terus-terusan mengabaikan perasaanmu, El. Mesin jahit itu hanya pelarian. Besok, kamu harus coba bicara lagi sama Respati.”“Nggak, Bu. Dia bilang aku nggak boleh ganggu atau nuntut apapun. Dia sibuk,” jawab Elira dengan senyum pahit.Mertuanya menghela napas, menyadari betapa kuatnya tekad Elira untuk mematuhi kontrak tak tertulis itu.Sementara itu, di dalam kamarnya, Respati menjatuhkan dirinya di tempat tidur tanpa mengganti pakaiannya. Ia terlalu lelah untuk mandi.Meskipun fisiknya penat, pikirannya masih aktif. Ia memikirkan presentasi event besok, ia memikirkan senyum antusias Risa, dan ia memikirkan deadline yang haru
Last Updated : 2025-11-29 Read more