Malam turun dengan gerimis lembut, seperti doa yang jatuh dari langit. Di kamar yang remang dan hangat, Aster berdiri di dekat jendela, membiarkan bayangan lampu kota menari di wajahnya. Galih mendekat perlahan, seolah waktu berhenti hanya untuk menyaksikan dua jiwa yang telah melalui badai. Dan kini, jiwa itu telah menemukan tempat berlabuh.Tatapan mereka saling mengikat, tanpa kata. Hanya detak jantung yang berdetak perlahan namun pasti. Aster menggenggam tangan Galih, matanya berbicara lebih dalam dari ucapan mana pun yang bisa diucap.“Aku milikmu,” bisiknya lirih.Galih tak membalas dengan kata, hanya mengecup dahinya penuh kasih, lalu merangkul tubuh mungil itu dalam pelukannya. Hangat, erat, tak ingin lepas. Jemarinya menyisir rambut Aster perlahan, menenangkan dan menyerap setiap getar yang tersisa.Di bawah cahaya lampu kuning temaram, mereka menyatu. Tidak hanya raga, tetapi juga luka dan cinta, harap dan masa lalu.
Last Updated : 2025-06-21 Read more