All Chapters of Istri Penebus Hutang CEO Dingin : Chapter 71 - Chapter 80

"What?? Kamu batal pergi ke Singapura? Kenapa sebabnya?" Lili terkejut mendengar ucapan Airy yang batal pergi."Suamiku yang membatalkannya," jawab Airy dengan lesu."Ferdinand yang membatalkan?" Lili mengkonfirmasi takut pendengaran nya salah."Benar." Airy mengangguk. "Dia tidak akan membiarkan aku pergi ke negara manapun. Bahkan aku mengajukan banding pun ditolak oleh pihak imigrasi. Dia menggunakan kekuasaannya untuk mempengaruhi hidupku," tambah Airy dengan tatapan kesal.Airy kembali larut dalam aktivitas bekerjanya bersama Lili. Ia menumpahkan semua kekesalannya dan semua rasa marah setelah dirinya batal terbang ke Singapura. Lily pun ikut merasa miris dengan apa yang dirasakan oleh sahabatnya itu."Jadinya, batal kamu bekerja di sana?" Airy melirik sinis. "Tentu saja." Awalnya lamaran Airy yang sempat ditolak karena perbuatan Ferdinand juga, Airy tidak ingin mempedulikannya. Apalagi telah mendapatkan pemberitahuan dari Yudha bahwa proses masuknya ke sana tidak akan dipersul

Siang ini, Ferdinand dan Wina memiliki agenda bersama meninjau sebuah lahan proyek di kota Bandung. Mereka baru saja selesai melakukan makan siang. Wina yang sedari tadi memandangi Ferdinand, berkeinginan besar untuk melemparkan pertanyaan yang menggangu pikirannya akhir-akhir ini. "Ferdinand!" panggil Wina."Apa?"Wina ketika di luar pekerjaan dan di dalam pekerjaan, memanggil Ferdinand dengan cara berbeda. Ketika pekerjaan antara sekretaris dan atasan sudah lepas, hubungan mereka selayaknya seperti ipar. Wina tidak lagi menyematkan kata 'Pak' untuk Ferdinand."Proses cerai mu dengan Airy sudah selesai?""Prosesnya sudah dihentikan," jawab Ferdinand cuek sambil memainkan tab nya.Wina mengerutkan kening. "Kenapa?" "Aku dan dia tidak akan pernah bercerai," sahutnya.Wina merasa syok dengan jawaban yang diberikan oleh Ferdinand. Perceraian mereka sudah bergulir lebih dari 2 bulan. Ia pikir, prosesnya memang sudah selesai. Dan Ferdinand sudah resmi menjadi duda, serta adiknya sudah re

"Mau apa kamu ke sini?" bentak Airy.Airy terkejut setengah mati melihat sosok pria yang duduk dengan santai di kursi sofa yang berada di dekat jendela. Pria itu perlahan bangkit dari duduknya, dan berjalan mendekati Airy. Jantung Airy berdegup kencang dan nafasnya terasa sesak sekarang.. "Bagaimana bisa kamu masuk ke sini?" Airy menoleh pada pintu masuk.Seingat Airy, sebelum ia masuk ke dalam pintu sudah ia pastikan terkunci dengan aman. Dan dari mana pria dihadapannya ini bisa masuk? Apakah ia memiliki kunci cadangan atau ia lebih dahulu menyelinap sebelum Airy datang ke sini? Tapi bagaimana mungkin?"Apa kamu terkejut melihat kedatanganku, istriku?"Airy menatap tajam dan bersikap waspada. Ia tidak ingin sedetik pun menatap wajah pria yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya. Ferdinand terus melangkah mendekatinya dan menyeringai tajam. Airy bukan tak takut. Tapi ia mencoba menutupi ketakutannya. Ia mencoba bersikap tenang dan datar."Keluar dari sini!" usir Airy."Tidak.

Airy merasa marah setelah mengingat apa yang terjadi tadi malam. Ia ingat dengan jelas bagaimana Ferdinand memaksa merenggut apa yang telah ia jaga selama puluhan tahun lamanya. Walaupun ia memberikan itu kepada suaminya sendiri, tapi ia tidak rela karena Ferdinand memintanya dengan cara memaksa. Airy memandangi tubuhnya yang telah berganti pakaian satin tipis berwarna merah muda. Ia juga mengamati kamar yang ia tempati sekarang. Rupanya setelah menggauli dirinya, Ferdinand membawanya paksa kembali untuk ke rumah ini. Wanita itu mencoba menurunkan kakinya dari ranjang. Selain tubuhnya yang terasa remuk hingga ke tulang, pinggangnya pun terasa patah. Dengan gemetar ia mencoba menyentuh telapak kakinya ke lantai yang dingin. Ia meringis ketika merasakan perih di bagian inti tubuhnya. "Dia melakukannya dengan sangat kasar padaku," lirih Airy.Airy mencoba meraih tepian nakas dengan kedua tangannya mencoba berdiri. Kakinya bergetar dan ketika ia mencoba melangkah, dia terjatuh. Airy ras

"Ada apa ribut-ribut?" Ferdian baru saja turun dari mobil dan memperhatikan istrinya yang tengah ditahan oleh dua bodyguard. Airy menatap Ferdinand yang baru saja pulang, dengan tatapan tajam. Melihat keadaan yang ada, Ferdinand tahu bahwa istrinya pasti ingin kabur dari rumah. Seorang salah satu bodyguard mendekat ke arah Ferdinand dan menganggukan badannya. Ia terlihat ketakutan karena dinilai telah gagal menjaga Airy. Mungkin saja, setelah ini hukuman datang menyusul mereka."Katakan ada apa!" perintah Ferdinand tegas. "Nyonya mencoba kabur dari pagar balkon, Tuan!" beritahu nya. "Bukankah saya sudah perintahkan kepada pelayan untuk mengunci pintu balkon?" tanya Ferdinand dengan nada dingin. "Nyonya memukul salah satu pelayan, dan mencuri kunci pintu balkon yang ada di dalam saku seragamnya," beritahu nya secara detail. "Nyonya berhasil mendapatkan kunci tersebut, dan Beliau menggunakan tirai untuk turun dari sana." Ia menunjukkan kondisi balkon pada Ferdinand. Ferdinand men