"Sungguh pemandangan yang tak pernah membosankan, Sri Baginda," bisik Ki Danang, seorang pengawal tua yang mendampingi Raka sejak lama, dengan nada penuh takzim.Raka tidak langsung menjawab. Matanya menyusuri lautan cahaya di bawah sana. Ribuan lampu minyak, lentera kertas, dan obor yang dipasang di setiap sudut jalan, pelabuhan, dan rumah-rumah penduduk membuat Giri Amerta bersinar terang, menolak kegelapan malam. Cahaya itu memantul di permukaan Kali Bening, menciptakan garis perak yang membelah kota."Malam di kota lain adalah waktu untuk beristirahat, Ki Danang. Tapi lihatlah negeriku," Raka akhirnya bersuara, suaranya mengandung kebanggaan yang dalam. "Para pedagang masih membongkar muatan di Teluk Penyu, tukang-tukang besi masih menempa di Kerrang, dan para juru tulis masih menghitung laba. Cahaya ini bukan hanya penerangan, Ki. Ini adalah denyut nadi kehidupan, yang menolak tidur, menolak kemunduran.""Dahulu, Sri Baginda, hanya rumah-rumah bangsawan dan pura yang boleh terang
Last Updated : 2025-10-16 Read more