Semua Bab Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga: Bab 61 - Bab 70

Sesuai rencana hari ini Ammar akan pergi ke luar kota karena salah satu proyeknya mengalami kendala. Pagi-pagi sekali sudah berangkat bandara tanpa berpamitan pada kedua orang tuanya. Pria itu masih merasa kesal atas kedatangan mamanya yang membawa Raline ke rumahnya. Tidak tahukah sang mama betapa bencinya Ammar pada Raline? Sesakit apa hatinya saat melihat mantan kekasihnya itu. Apakah mendapatkan penerus lebih penting dari perasaan putranya sendiri? Sehingga wanita itu menjilat ludahnya sendiri dengan memberi restu pada Raline yang dulu dia tolak mentah-mentah. Kali ini Ammar merasa kecewa dengan sikap sang mama yang menurutnya mengkhianati Ana karena bersikap baik pada Raline. Begitu kecewanya hingga sebelum pergi Ammar bahkan berpesan pada art dan security rumahnya untuk tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam rumahnya termasuk Rosa terlebih lagi Raline apapun alasannya. Pukul sebelas siang Ammar telah sampai di kota kecil yang baru kali ini didatanginya. Sebuah kot

"Perkenalkan saya Ammar AlFatihah, CEO perusahaan Mutiara Land," Degh..... Seketika tubuh Renjana seperti terpaku. Wanita berhijab itu tertegun untuk beberapa saat, begitu melihat sosok yang sedang berjalan menuju kursi utama dalam ruangan itu. Hanya Beberapa detik dan wanita itu langsung tersadar. cepat-cepat Renjana bersembunyi di belakang tubuh Darul. Tak lupa menutupi sebagian wajahnya dengan ujung jilbabnya. "Bu Ira kenapa?" bisik Darul sedikit menunduk. "Ah.... itu... ee... kepala saya tiba-tiba pusing," jawab Renjana tak kalah lirih. "Saya pasti akan memberikan kondensasi yang cukup besar sebagai ganti rugi. Dan itu bisa digunakan untuk membangun sekolah atau membeli alat-alat untuk mendukung kegiatan di sekolah." Kembali terdengar suara Ammar menjelaskan. "Maaf kami tetap menolak." Ani menjawab tegas. "Selain dari proses pembangunannya, apa Anda tidak memikirkan dampak negatif lain. Pembangunan malla di dekat sekolah tentu saja tidak tepat," Ammar menghela

"Menghindar bukan sikap yang tepat, Renjana. Kamu harus menghadapinya?" ucap Sena memandang sendu anak dari almarhum sahabat ibunya. "Maksud Kak Sena?" Renjana mengerutkan dahinya. Saat ini dua orang itu sedang berdiskusi di ruang tamu. Sementara di meja makan Laila menemanimu Dahayu mengerjakan tugas mewarnai dari gurunya. "Sepengetahuanku keluarga Zafier sangatlah berpengaruh. Jika benar dia mencarimu kemanapun kamu pergi dia pasti bisa menemukanmu." Renjana terdiam, apa yang dikatakan Sena benar adanya. "Kalau menurut ceritamu dia memiliki kekasih harusnya sekarang dia tidak peduli lagi denganmu. Mau kamu masih harus hidup atau tidak, dia tidak akan memaksamu untuk kembali." "Ada yang belum kamu ketahui." Renjana menatap Sena lali menghela nafas. "Kakeknya, Khalida Zafier sebelum meninggal membuat wasiat, hanya anak cucu keturunan Mamaku yang bisa mewarisi perusahaan keluarga Zafier." "Jadi maksudmu, kamu takut Ammar menginginkan Ayu untuk mendapatkan perusahaan

"Apa yang sakit?" tanya Ammar langsung memeriksa tubuh mungil itu. Laela yang sedang berusaha menenangkan Dahayu langsung terkejut melihat sosok Ammar yang sudah berjongkok di depannya. Matanya melotot seolah hampir keluar saking kagetnya. "Lepaskan!!!" sentaknya menangkis tangan Ammar lalu mendekap tubuh mungil dipangkuan itu erat. "Pergi kamu!! Jangan sentuh cucuku," bentaknya ketakutan. "Mama...." tangis Dahayu makin keras. Gadis kecil itu tak biasa dengan suara keras jadi ketakutan melihat Laela berteriak. "Tolong jangan salah faham, saya ha---"Ammar berusaha menjelaskan namun Laela makin histeris dengan berteriak-teriak. "Tolong... tolong panggilka polisi, dia mau menculik cucuku." Laela beringsut mundur sambil memeluk Dahayu yang juga menangis ketakutan. Beberapa ibu-ibu yang menjemput anaknya langsung mengerumuni Laela dan Ammar. "Ada apa Utinya Ayu?" tanya salah satu dari mereka. "Tolong telpon polisi, dia mau menculik cucuku," pinta Laela dengan ekspresi k

"Kamu yakin mau menikah dengan Kak Sena?" tanya Zahra menatap lekat wajah sendu Renjana. Sore ini sepulang dari mengajar, Renjana kedatangan tamu istimewa. Zahra sahabatnya sejak bangku sekolah datang berkunjung bersama putrinya. Setelah bebersih diri dan sholat ashar, dua wanita itu duduk di teras rumah, berbincang-bincang sambil mengawasi dua malaikat kecilnya sedang bermain beralaskan tikar. Tak tahu harus menjawab apa? Renjana hanya menghela nafas panjang. Hatinya tak hanya ragu, ia bahkan tak pernah berpikir akan menikahi putra dari sahabat mamanya itu. Rahma sendiri juga tidak pernah mengungkit masalah perjodohan atau pun keinginan untuk menjadikannya menantu. Ya... Renjana pikir karena statusnya yang seorang janda satu anak, menjadikan dirinya bukan calon menantu idaman. Terlebih lagi, setahu Renjana, Sena sedang dekat dengan seorang wanita bernama Shella. Namun kemarin tiba-tiba Rahma mengirim pesan seolah mengharapkan pernikahan Sena dan Renjana karena itu har