"Aku sedang bicara, Leonard!”Suara Victoria menggelegar, membuat gema halus menyelinap di dinding marmer ruang kerja Leonard.Leonard mengangkat wajahnya perlahan. Mata tajamnya kosong, jauh dari sorot pemimpin yang biasa membakar semangat tim kampanyenya. Kini, ia hanya pria yang kehilangan arah. “Dia tidak seperti yang kalian kira,” ucap Leonard pelan, nyaris seperti bisikan yang ditelan gemuruh emosinya sendiri.Victoria menghentakkan kakinya. “Kalau dia tidak seperti yang kami kira, mengapa semua orang bisa melihatnya keluar dari hotel murah, berpakaian seperti—seperti—”Victoria menahan diri untuk tak mengucapkan kata terakhir yang merendahkan. Tapi semua tahu maksudnya.Alexander masuk ke ruangan dengan langkah mantap, jas rapih, dan ekspresi dingin seorang pemimpin negara di masa krisis.“Leonard.” Suaranya dalam, tegas, dan mengandung ultimatum.L
Last Updated : 2025-08-01 Read more