All Chapters of Hot Night With Boss: Chapter 161 - Chapter 170

Amelia teringat akan pertemuan pertama dengan Luna. Di mana Luna sudah menunjukkan kesan sok kenal sok dekat pada semua orang di divisi pemasaran termasuk dengannya. Karena menganggap Luna itu aneh maka Amelia bersikap sewajarnya saja dan tak berlebihan."Yuki, kamu tahu nggak?" tanya Amelia.Yuki menatap Amelia, "tahu apa?" tanyanya."Ini aku bicara jujur saja ya. Soalnya 'kan antara kamu sama Luna sudah nggaka asa kedekatan kayak dulu. Sejujurnya aku itu nggak suka sama dia sejak awal. Kamu saja yang terlalu baik sama dia. Sampai mau bantuin dia segala. Kalau aku sih malas ya. Sudah dibantuin malah ngelunjak. Aku 'kan sudah beberapa kali negur kamu. Cuma kamu masih belain dia dengan dalih dia anak baru butuh bimbingan. Kamu mikir nggak? Sebanyak orang di ruangan divisi, masa iya dia cuma ngerepotin kamu. Fotokopi aja nggak bisa, ngeprint pun nggak bisa. Segala macam nggak bisa. Kalau nggak bisa apa-apa gunanya apa? Aku tuh curiga dia sengaja nggak bisa supaya kamu yang ngerjain. Ka

Malam hari saat akan makan malam. Dion yang akan keluar dari kamar dihadang oleh Luna. Dion menatap Luna yang berdiri dihadapannya, "ada apa?" tanyanya."Kapan kita pindah?" tanya Luna."Maksudmu?" tanya Dion mengerutkan dahi."Kan kamu sudah janji sama aku kalau kita menikah kita bakalan punya rumah sendiri. Jangan bilang kamu lupa, Dion. Aku sampai rela keluar dari apartemenku lho demi ikut kamu ke sini," jawab Luna menjelaskan."Aduh, Luna. Baru juga sehari kamu tinggal di sini. Sabar dulu dong. Emang gampang cari apartemen yang kayak kamu mau?" kata Dion."Sabar, sabar. Aku nggak biasa sabar. Asal kamu tahu aja. Sejak pagi tuh mama kamu sudah ngomel terus ke aku. Katanya aku males. Perempuan bangun siang. Tahunya bangun tidur semua siap. Nggak mau belajar ini itu. Padahal ini sabtu, waktu libur. Aku capek, maunya istirahat. Bukan ngerjain kerjaan pembantu," keluh Luna."Mama kayak gitu kan buat kebaikanmu. Bukannya apa yang dibilang mamaku benar? Meski punya pembantu, kamu sebaga

Seharian sudah Amelia di tempat Yuki. Sampai akhirnya Amelia dijemput Thomas pukul 5 sore."Halo, Yuki," sapa Thomas tersenyum."Halo, Pak. Saya kira bapak bakalan jemput Amelia malam. Apa ada masalah?" tanya Yuki.Yuki melihat telapk tangan Thomas diperban."Lho, tangan bapak kenapa? Ayo Pak, masuk dulu saja. Saya ambilkan minum juga," ajak Yuki."Oh ok, makasih. Permisi ya," kata Thomas. Meminta izin masuk rumah Yuki."Silakan duduk, Pak. Saya ambil minum dulu," kata Yuki.Yuki langsung pergi ke dapur mengambil minum dan cemilan, lalu kembali ke ruang tamu. Diletakkannya sebotol air minum dan cemilam di atas meja dihadapan Thomas."Silakan, Pak," kata Yuki."Omong-omong, bapak kenapa itu tangannya?" tanya Yuki ingin tahu."Oh, ini? Tadi nolongin anak kecil yang hampir ditabrak mobil," kata Thomas."Hah? Kok bisa mau ketabrak?" tanya Yuki lagi."Anaknya nggak lihat lampu jalan. Sudah merah main nerobos aja. Untung saya lihat, jadi buru-buru saya dorong. Saya pun ikutan jatuh," jelas

Hari-hari berlalu dengan cepat, Luna dan Dion pun kembali masuk bekerja seperti biasa setelah cuti bulan madu. Tidak seperti Dion yang kebanyakan hanya Diam, Luna heboh bercerita. Dia pamer pada rekan sekantor.Melihat itu Amelia hanya tersenyum tipis seolah mengejek Luna."Kampungan. Gitu aja dipamerin. Kayak nggak pernah nginep di hotel aja," batin Amelia."Lihat apa?" tanya Yuki, yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya."Tuh, lihat Tuan Putri yang suka pamer. Harusnya 'kan malu ya, hal-hal pribadi diomongin kayak gitu. Kalau aku jadi dia sih mending diam aja. Takut ada yang ngatain dibelakang," bisik Amelia."Ya sudahlah. Biarin aja. Mulut, mulut dia juga. Kita nggak usah peduliin dia. Kita urus diri masing-masing aja," bisik Yuki menasihati."Aku enggak ngurusin kok. Cuma enggap aja lihatnya. Kupingku juga gatel dengerin dia ngoceh yang enggak-enggak," bisik Amelia lagi."Nggak usah dilihat, kalaupun kelihatan depan mata ya pura-pura aja nggak lihat. Nggak usah didengerin, kalau

Yuki terus lemas karena terus memikirkan Cristopher. Dia tidak bersemangat bekerja."Dia kenapa ya? Kok pesanku nggak di balas-balas?" batin Yuki.Melihat teman baiknya lesu dan tidak bersemangat, Amelia segera menyodorkan minuman keleng dingin untuk Yuki."Minum dulu. Lemes banget sih," kata Amelia."Iya nih. Nggak tau kenapa hari ini nggak semangat," jawab Yuki. Mengambil kaleng minuman dan membukanya, lalu meminumnya."Lho, kenapa?" tanya Amelia. Menarik kursinya mendekati kursi di mana Yuki duduk."Apa karena sayangmu sibuk?" lanjut Amelia berbisik menebak apa yang membuat Yuki tidak semangat."Hm, begitulah. Dia aneh. Masa iya nggak ada satupun pesanku yang dibales. Padahal aku sudah kirim banyak banget pesan," kata Yuki mengeluh."Mungkin beliau sibuk. Jadi enggak sempat balas pesanmu," jawab Amelia."Sibuk apa. Pesanku semalam cuma dibaca doang lho. Nah, lihat," kata Yuki. Menyodorkan ponselnya ke hadapan Amelia. Saat Amelia melihat dan membaca, tiba-tiba ponsel Yuki bergetar.