Semua Bab Anak Kembar yang Kau Tinggalkan : Bab 21 - Bab 30

Diaz setengah membungkuk agar bisa menatap wajah Amna. Dia begitu memohon dan berharap Amna mau memaafkannya."Tidak perlu. Aku sudah maafkan. Masalah selesai," tegas Amna masih tidak ingin mendengarkan lebih jauh ucapan Diaz. Sebenarnya dia tidak benar-benar memaafkan hanya saja terlalu lelah dan tidak ingin membahas masalah yang menguras pikiran juga batinnya."Kamu bohong, Amna. Aku tahu kamu masih belum bisa berdamai, kamu masih membenciku kan? Karena itu sikapmu begitu dingin!" Diaz masih memaksa agar Amna mau bertahan bicara dengannya.Tidak tahu diri! Ingin sekali Amna memaki Diaz sekarang ini. Permintaan maaf itu tidak ada artinya lagi, setelah sepuluh tahun terlewat dengan segala penderitaan apa dengan bersikap kembali baik semuanya akan jadi baik? Tidak, luka Amna sudah terlalu parah, kecewanya sudah terlalu dalam, dan kepedihannya sudah sangat menyiksa nuraninya. "Apa kamu waras? Setelah apa yang kamu perbuat harusk

"Tidak perlu. Aku sudah maafkan. Masalah selesai," tegas Amna masih tidak ingin mendengarkan lebih jauh ucapan Diaz. Sebenarnya dia tidak benar-benar memaafkan hanya saja terlalu lelah dan tidak ingin membahas masalah yang menguras pikiran juga batinnya."Kamu bohong, Amna. Aku tahu kamu masih belum bisa berdamai, kamu masih membenciku kan? Karena itu sikapmu begitu dingin!" Diaz masih memaksa agar Amna mau bertahan bicara dengannya.Tidak tahu diri! Ingin sekali Amna memaki Diaz sekarang ini. Permintaan maaf itu tidak ada artinya lagi, setelah sepuluh tahun terlewat dengan segala penderitaan apa dengan bersikap kembali baik semuanya akan jadi baik? Tidak, luka Amna sudah terlalu parah, kecewanya sudah terlalu dalam, dan kepedihannya sudah sangat menyiksa nuraninya. "Apa kamu waras? Setelah apa yang kamu perbuat haruskah aku bersikap baik ketika berjumpa lagi denganmu? Manusia keji yang sudah menghancurkan hidupku? Kak Diaz, sadar! Kau seor

Diaz berdeham-deham, tentu saja Zila baik pada Wardah karena menurutnya Wardah sosok yang perfect di segala bidang, baik di wajah, keturunan, dan kekayaan semuanya Wardah punya. Itu yang membuat Diaz harus berusaha lebih keras jika ingin melepaskan diri dari perjodohan ini. Mamahnya tidak mungkin mau membatalkan perjodohan, sementara sekarang Diaz sudah menemukan keberadaan Amna. ***"Den El tidur saja, biar aku yang jagain Ibuk." Amna masih duduk anteng di dekat Yasmin. Mendengar suara Amna, Elvis mendongakan wajahnya. "Baik, kita gantian saja. Tapi sekarang saya belum ngantuk. Mending kamu tidur dulu, kamu bisa pindah ke sofa!" tuduh Elvis yang sekarang beranjak dan berdiri di samping Amna. "Tapi, Den ...." Amna menatap ke arah Elvis membuatnya teringat ucapan beberapa jam lalu. Mumpung ada kesempatan, Amna berniat meluruskannya. "Tidak tapi-tapian, kamu tidur dulu. Biar aku duduk di situ!" "M

"Ini ...." Diaz nyengir, pamannya pasti sudah bisa menebak apa yang terjadi. Elvis geleng-geleng dengan tatapan sinis pada Diaz. "Kamu baru pindah dan sudah mulai beraksi lagi?" Elvis berdecak kesal. "Ah, bukan begitu, Paman. Selepas nganterin Wardah pulang, aku tidak punya jadwal apapun, niatnya kan ingin di sini jagain Nenek. Paman bilang tidak boleh, yah jadi Diaz hanya jalan-jalan naik motor saja mengelilingi kota," jelas Diaz dengan kekehan.Dari tempat duduknya, Amna hanya bisa menyimak dengan sesekali melirik pada dua pria bersaudara itu. "Mengelilingi? Kamu yakin?" desak Elvis dengan tatapan curiga. Diaz tertawa kecil sambil memalingkan wajahnya merasa diintrogasi oleh paman mudanya. Ini sudah biasa sejak dulu, mereka saling perhatian sekali pun sering bertengkar juga."Paman sudah tahu, tolong jangan dibahas lagi. Iya, aku bertemu dengan teman lama dan kami bermain!" jawab Diaz yang langsung dimengerti

"Ngapain kamu deket-deket!" protes Amna mendorong Diaz menjauh, tapi laki-laki itu kembali mendekati Amna yang berjalan ketepian. "Aku cuma bantu nahan baju kamu biar enggak terapung!" Diaz memegangi ujung baju Amna, menahan agar gamis yang dipakai Amna tidak tersingkap, sekali pun dia memakai dalaman celana panjang. Pipi Amna memerah antara malu dan kesal, dia coba naik ke atas kolam tapi bantaran yang licin membuatnya kesusahan. Diaz ingin membantu lagi-lagi Amna menolak dan tidak segan-segan mendorong Diaz. Si kembar tidak tahu ada hubungan apa antara Amna dan abangnya tapi yang jelas dari kejadian tadi mereka bisa lihat kalau ada sesuatu di antara keduanya. Karena Amna yang enggan ditolong Diaz, Ghina pun berlari dan mengulurkan tangan untuk Amna. "Ayo, Mbak, naik!" Amna menerima uluran tangan Ghina. Di belakang, Diaz juga ikut naik. Basah kuyup lagi? Elvis yang melihat Diaz dan Amna merasa bingung. Dia tidak tahu apa yang baru saja terjadi, namun membuatnya curiga. "Ken