All Chapters of Rahasia Cinta Tuan Jonas : Chapter 11 - Chapter 20

"Brengsek! Sialan!" Jonas menghempas kasar satu persatu orang yang sedang menarik-narik tangan Alesha. "Mereka tidak bisa kasih buktinya, Pak RT. Usir mereka sekarang juga!" seru Reni untuk kesekian kalinya memengaruhi warga. "Iya, Pak RT!" sahut yang lain mudah terpancing. "Sabar. Kita sabar, tunggu sebentar--" "Ini udah hampir setengah jam, Pak RT. Ini pasti cuma akal-akalan mereka saja untuk mengecoh kita!" Jonas belum angkat bicara dengan tuduhan dan seruan provokasi orang-orang itu. Ia masih sibuk menenangkan Alesha yang menangis ketakutan. Jonas tahu betul kalau Alesha sedang berada dalam kondisi buruk karena trauma yang diderita selama ini. Tubuh Alesha berada dalam dekapan erat Jonas. Tubuh itu bergetar karena terisak lirih. "Maaf, aku gagal melindungi kamu, Ale...." Alesha tak menyahut, namun menyambut perkataan Jonas dengan kedua tangan memeluk lebih erat tubuh suaminya. Jonas tersenyum senang untuk respon baik tersebut. Beberapa waktu mengabaikan kata-kata

Kebingungan Alesha karena ucapan Jonas mulai terjawab. Tak lama usai masuk kediaman mewah suaminya, beberapa orang yang berjejer di samping gerbang tadi diizinkan masuk. Tentu dengan pengawalan ketat dari beberapa penjaga. "Jonas, mereka mau apa?" tanya Alesha berbisik pada Jonas yang duduk dengan angkuh di hadapan orang-orang yang menundukkan kepala tersebut. "Sebentar lagi kamu juga akan tau." Alesha berdecak pelan. Bibirnya mengerucut sebal. "Tinggal jawab, kenapa malah ribet?" Jonas tak menanggapi gerutuan sang istri. Pria itu memberi kode pada pengawalnya sebuah anggukan, yang kemudian disusul suara terdengar dari perwakilan salah seorang rombongan. "Pak Jonas, Mbak--eeh Nyonya Sasha... kedatangan kami ke sini untuk meminta maaf atas perlakuan buruk istri saya dan istri Pak Royo." Alesha menghela napas panjang, namun setelahnya tak mengeluarkan sepatah kata apapun. Ia memilih diam dan hanya menggamit erat lengan Jonas. Sementara Jonas terkekeh sinis. "Kemana perg

Tak hanya Jonas, Alesha pun bereaksi mendengar suara Jihan yang tiba-tiba terdengar. Alesha mendekat tiga langkah dan langsung menutup kedua mata sahabatnya itu. "Jihan, jaga mata kamu!" desis Alesha tak suka. "Apa sih, Sha?" Jihan menyingkirkan tangan Alesha yang menghalangi pandangannya. "Segitunya banget kamu lihatin suami orang!" Gadis itu terkesiap kecil, lalu berkata pelan setelah mendekatkan mulutnya ke telinga Alesha, "kok kamu enggak bilang kalau suami kamu setampan ini, Sha?" Alesha kembali mendelik protes. "Jihan, jangan coba-coba memuji suami orang berlebihan! Jangan jadi pelakor!" Setelah berkata demikian, Alesha kembali mendekati Jonas, meninggalkan Jihan yang terbengong bingung. "Hah? Berlebihan? Pelakor?" Alesha tak menanggapi pertanyaan bingung sang sahabat, ia berkacak pinggang di hadapan Jonas dengan tatapan tajam. "Mau tebar pesona kamu datang ke sini?" Dahi Jonas mengernyit bingung, "aku sudah bilang kalau mau jemput kamu." "Ya tapi kamu...?" Tak

Jonas harus banyak-banyak sabar menghadapi tingkah Alesha yang mudah sekali tantrum. Emosi gadis itu mudah sekali berubah. Selain itu, si putri Tuan Wicaksana itu suka sekali melarikan diri alias kabur, minggat dan sebangsanya. Seperti sekarang ini, Jonas harus menyusul gadis yang sudah diperistrinya itu kabur ke rumah orang tuanya. "Selamat siang, Ma...." Jonas menghadapi rintangan pertama untuk menemui Alesha, yaitu Nyonya Astari senior. Yang menemuinya dengan ekspresi wajah datar dan sikap dingin. "Alesha bilang kalau kamu datang suruh diusir!" Tak ada basa-basi sekali ibu mertuanya ini. Jonas menarik napas dalam-dalam lalu menghelanya panjang. "Dia marah karena salah paham, Ma. Aku akan bujuk dia dulu, boleh?" "Alesha menolak. Sudah biarkan dia di sini dulu!" Nyonya Astari tak memberi kesempatan Jonas untuk menawar. "Alesha istri saya sekarang, Ma. Saya lebih berhak atas diri dia sekarang." Jonas bukan tipe orang yang mudah diintimidasi, justru ia-lah yang selama ini m

Kedua tangan Alesha bersedekap di depan dada dengan menatap kesal ke arah Jonas. Posisinya sudah kembali duduk. Sedangkan Jonas tetap berdiri di tempatnya seperti seorang yang sedang diinterogasi. Berdiri tegak dengan menghela napas panjang beberapa kali. "Sudah-sudah... kalian ini, masalah sepele kenapa harus diperpanjang!" sahut Nyonya Astari dengan maksud untuk menengahi. Bibir Alesha mencebik sebal, "Jonas itu emang hobi banget menghamburkan uang, Ma! Waktu itu juga pernah--" "Non Sasha, uang yang digunakan Tuan Jonas untuk membeli sekardus pembalut dan sekardus cokelat ini tidak seberapa dengan banyaknya uang yang dihasilkan dalam sehari. Harta kekayaan pengusaha sukses seperti Tuan Jonas ini tidak akan habis tujuh turunan cuma gara-gara beli barang seperti ini." Bibi Tanti ikut menimpali karena gemas dengan kekesalan nona mudanya perkara dua barang tersebut. Alesha memberengut tak suka karena merasa semua orang menormalisasikan pemborosan yang dilakukan suaminya dan ju