Pembicaraan singkat dengan Rendi yang membahas kebaikan hati Alesha membuat Jonas melayangkan ciuman bertubi-tubi di kening gadis itu. Rasa bangga terhadap istrinya memenuhi hati dan pikirannya. Sementara Alesha sendiri dibuat keheranan dengan serangan sang suami. "Ck Jonas, kamu kenapa sih? Kenapa tiba-tiba aneh seperti ini?" tanyanya protes sambil menahan tubuh Jonas yang ingin selalu menempel dengannya itu. "Aku? Enggak apa-apa kok. Aku cuma kangen saja sama kamu!" Bibir Alesha mencebik tak percaya. "Halah gombal! Buaya darat banget sih kata-kata kamu ini!" Alih-alih tersinggung, Jonas justru tertawa geli. "Bilang kangen sama istri sendiri dibilang gombal, terus apa bolehnya bilang kangen ke cewek lain?" Pertanyaan Jonas sama saja cari mati. Menggali kuburan sendiri. Niat awalnya cuma untuk menggoda Alesha justru sekarang mendapat reaksi keras dari gadis itu. Tak hanya racauan protes, pukulan bertubi-tubi juga singgah di dada bidang pria itu. "Ampun, Sayang... maaf aku
Alesha berdiri gugup dengan menggenggam tangan Jonas. Mereka berdua, ah lebih tepatnya Alesha seperti sedang akan diadili oleh dua orang yang berdiri di depan mereka. "Jonas, bantu aku!" pinta Alesha berbisik sangat pelan. Genggaman tangannya mengerat, tanda ia sangat butuh sandaran yang bisa ia andalkan. Tak memberi sahutan, namun kepala Jonas mengangguk pelan. Pria itu maju selangkah. "Alesha sudah minta maaf ke kalian. Dia juga sudah menjelaskan alasannya --" "Alasannya enggak masuk akal!" sergap wanita cantik yang berdiri tepat di depan Alesha ini memotong. Dan masih dengan raut wajah kesalnya. "Jihan, aku kan enggak sepenuhnya bohong sama kamu. Kamu kan juga kenal sama mama aku--" "Ya makanya kenal, tapi kamu tutupi yang sebenarnya dari aku! Lagian, siapa yang sangka kalau Tante Tari mama kamu itu ternyata Astari Djohan yang pengusaha sukses, kaya raya, konglomerat!" racau Jihan masih tak terima. Bibir Alesha mencebik protes, "ya masa' waktu aku kenalkan mama aku ke
Jonas menyusul Alesha yang sudah meninggalkan ruangan lebih dulu. Langkah kakinya sempat berhenti sebelum sampai di depan sang istri. Ia mengamati dari jauh Alesha yang sedang berbicara serius dengan Rendi. Tampak tegang. Jonas mempercepat langkahnya. "Ada masalah apa, Ale?" Perhatian Alesha tertuju pada Jonas. Kepalanya terangguk sebagai jawaban, raut wajahnya terlihat sedih, seperti sedang menahan tangis. Diraih tubuh Alesha ke dalam pelukan Jonas. Pria itu tidak akan tega melihat Alesha-nya mengalami kesulitan, apalagi sampai menangis. Hatinya akan merasa tersayat. "Cerita sama aku, ada masalah apa?" tanyanya beberapa saat setelah menenangkan hati Alesha. "Pemasok bahan-bahan makanan di cafe mendadak membatalkan kerja sama, padahal kontrak kerja sama masih ada beberapa bulan lagi sebelum habis. Terus sekarang, aku harus gimana? Enggak mudah menemukan gantinya." Jonas mengangguk paham. Diusapnya lembut lengan Alesha. "Kamu tenang dulu ya? Ini masalah mudah, aku bantu kam
Pasca pengungkapan perasaan yang dilakukan Jonas, Alesha berusaha menghindar dari suaminya. Ada saja yang dibuat gadis berusia 24 itu untuk jauh-jauh. Jonas yang tak terima, menarik paksa Alesha yang menghindar ke dapur untuk kembali ke ruang kerjanya. "Jonas, apa-apaan sih kamu!" seru Alesha protes. Jonas menggeram tak suka. Tak suka dengan pengabaian yang dilakukan wanita itu terhadapnya. "Mau sampai kapan menghindari aku? Kamu pikir, bisa?" Bibir Alesha mengerucut sebal dan bukan Alesha kalau tak balik protes. "Aku sedang sibuk. Enggak lihat apa kamu?" Jonas terkekeh kecil namun membuat Alesha sebal setengah mati, hingga dipukulnya dada bidang Jonas beberapa kali. "Enggak usah meledek!" Kedua tangan Jonas menahan dan mengamankan tangan Alesha agar tak lagi menyerangnya, karena ini hanya menghambat pembicaraan serius diantara mereka. Jonas harus dapat jawaban cinta dari istrinya itu sesuai yang ia inginkan. Ya, untuk urusan hati, Jonas tak mau kompromi. Alesha adalah i
Kepala Alesha menunduk malu di hadapan orang yang baru saja memergoki dirinya sedang berciuman mesra dengan Jonas. "M-Mas Rendi, a-aku--" "Kenapa tidak langsung ke hotel saja kalau ingin berbuat mesum? Memalukan!" sindir pria yang berdiri berkacak pinggang di hadapan Alesha ini. Jonas yang berdiri sedikit di belakang Alesha, maju hingga sejajar dengan Alesha. Jonas tentu tak akan terima ada yang membentak sang istri. "Sebaiknya tidak usah mencampuri urusan orang lain kalau tak ingin punya masalah!" Pria yang Alesha panggil "Mas Rendi" itu terkekeh sinis untuk ancaman yang diterimanya, kemudian membalikkan kata-kata serupa untuk membalas Jonas. "Kalau tidak ingin urusan pribadi dicampuri orang lain, lakukan hal-hal bersifat intim di ruang pribadi. Bukan di tempat yang digunakan orang untuk berlalu lalang!" Kedua mata Jonas mendelik tak suka, Jonas juga sudah akan maju memberi pelajaran pada Rendi, namun berhasil Alesha tahan. "Jonas, please... kita yang salah, jangan perpanjang
Cepat saja pisau yang Alesha pegang terlempar ke lantai, seseorang dengan gesit menendang benda tajam tersebut. Alesha menjerit ketakutan. Kedua matanya terpejam erat. Kedua tangan menutup telinganya. "T-Tolong, jangan apa-apakan saya. Silakan ambil yang kalian mau!" racau Alesha ketakutan. Tubuh ramping itu menegang saat tiba-tiba ada tangan besar yang merengkuh tubuhnya. Alesha yang berpikir jika pemilik tangan ini adalah salah satu pria berpakaian serba hitam tadi, membabi-buta menyerangnya. "Berhenti... stop, ini aku, Ale...!" Tak asing dengan suara itu, Alesha menghentikan aksinya kemudian secara perlahan membuka kedua matanya hingga melotot tak percaya. "Jonas! Sedang apa kamu di sini?" "Aku menyusul kamu." "Menyusul aku? Terus orang-orang itu...?" "Mereka pengawalku. Aku yang minta mereka bobol pintu." Jawaban Jonas membuat Alesha kembali melancarkan serangan ke badan pria itu dengan tangan kosong. Geram sekali karena perbuatan seenak sendirinya itu. Sudah m