Jonas menyusul Alesha yang sudah meninggalkan ruangan lebih dulu. Langkah kakinya sempat berhenti sebelum sampai di depan sang istri. Ia mengamati dari jauh Alesha yang sedang berbicara serius dengan Rendi. Tampak tegang. Jonas mempercepat langkahnya. "Ada masalah apa, Ale?" Perhatian Alesha tertuju pada Jonas. Kepalanya terangguk sebagai jawaban, raut wajahnya terlihat sedih, seperti sedang menahan tangis. Diraih tubuh Alesha ke dalam pelukan Jonas. Pria itu tidak akan tega melihat Alesha-nya mengalami kesulitan, apalagi sampai menangis. Hatinya akan merasa tersayat. "Cerita sama aku, ada masalah apa?" tanyanya beberapa saat setelah menenangkan hati Alesha. "Pemasok bahan-bahan makanan di cafe mendadak membatalkan kerja sama, padahal kontrak kerja sama masih ada beberapa bulan lagi sebelum habis. Terus sekarang, aku harus gimana? Enggak mudah menemukan gantinya." Jonas mengangguk paham. Diusapnya lembut lengan Alesha. "Kamu tenang dulu ya? Ini masalah mudah, aku bantu kam
Pasca pengungkapan perasaan yang dilakukan Jonas, Alesha berusaha menghindar dari suaminya. Ada saja yang dibuat gadis berusia 24 itu untuk jauh-jauh. Jonas yang tak terima, menarik paksa Alesha yang menghindar ke dapur untuk kembali ke ruang kerjanya. "Jonas, apa-apaan sih kamu!" seru Alesha protes. Jonas menggeram tak suka. Tak suka dengan pengabaian yang dilakukan wanita itu terhadapnya. "Mau sampai kapan menghindari aku? Kamu pikir, bisa?" Bibir Alesha mengerucut sebal dan bukan Alesha kalau tak balik protes. "Aku sedang sibuk. Enggak lihat apa kamu?" Jonas terkekeh kecil namun membuat Alesha sebal setengah mati, hingga dipukulnya dada bidang Jonas beberapa kali. "Enggak usah meledek!" Kedua tangan Jonas menahan dan mengamankan tangan Alesha agar tak lagi menyerangnya, karena ini hanya menghambat pembicaraan serius diantara mereka. Jonas harus dapat jawaban cinta dari istrinya itu sesuai yang ia inginkan. Ya, untuk urusan hati, Jonas tak mau kompromi. Alesha adalah i
Kepala Alesha menunduk malu di hadapan orang yang baru saja memergoki dirinya sedang berciuman mesra dengan Jonas. "M-Mas Rendi, a-aku--" "Kenapa tidak langsung ke hotel saja kalau ingin berbuat mesum? Memalukan!" sindir pria yang berdiri berkacak pinggang di hadapan Alesha ini. Jonas yang berdiri sedikit di belakang Alesha, maju hingga sejajar dengan Alesha. Jonas tentu tak akan terima ada yang membentak sang istri. "Sebaiknya tidak usah mencampuri urusan orang lain kalau tak ingin punya masalah!" Pria yang Alesha panggil "Mas Rendi" itu terkekeh sinis untuk ancaman yang diterimanya, kemudian membalikkan kata-kata serupa untuk membalas Jonas. "Kalau tidak ingin urusan pribadi dicampuri orang lain, lakukan hal-hal bersifat intim di ruang pribadi. Bukan di tempat yang digunakan orang untuk berlalu lalang!" Kedua mata Jonas mendelik tak suka, Jonas juga sudah akan maju memberi pelajaran pada Rendi, namun berhasil Alesha tahan. "Jonas, please... kita yang salah, jangan perpanjang
Cepat saja pisau yang Alesha pegang terlempar ke lantai, seseorang dengan gesit menendang benda tajam tersebut. Alesha menjerit ketakutan. Kedua matanya terpejam erat. Kedua tangan menutup telinganya. "T-Tolong, jangan apa-apakan saya. Silakan ambil yang kalian mau!" racau Alesha ketakutan. Tubuh ramping itu menegang saat tiba-tiba ada tangan besar yang merengkuh tubuhnya. Alesha yang berpikir jika pemilik tangan ini adalah salah satu pria berpakaian serba hitam tadi, membabi-buta menyerangnya. "Berhenti... stop, ini aku, Ale...!" Tak asing dengan suara itu, Alesha menghentikan aksinya kemudian secara perlahan membuka kedua matanya hingga melotot tak percaya. "Jonas! Sedang apa kamu di sini?" "Aku menyusul kamu." "Menyusul aku? Terus orang-orang itu...?" "Mereka pengawalku. Aku yang minta mereka bobol pintu." Jawaban Jonas membuat Alesha kembali melancarkan serangan ke badan pria itu dengan tangan kosong. Geram sekali karena perbuatan seenak sendirinya itu. Sudah m
Alesha masih belum puas dengan jawaban berbelit-belit Jonas tentang alasannya tiba-tiba memanggil dirinya dengan panggilan romantis yang dikatakan tadi. "Bohong! Aku dengar jelas tadi kamu panggil aku sayang, istriku, terus em-cintaku... memangnya kamu jatuh cinta sama aku?" Tampak jelas Jonas berubah salah tingkah, kemudian berdeham keras untuk menetralkan ekspresi wajahnya. "Ee itu panggilan spontan, refleks, em di drama-drama Korea yang ditonton Kiara, tokoh utamanya kalau mau bujuk pacar atau istrinya yang marah seperti itu!" "Cuma refleks? Tanpa perasaan?" tanya Alesha masih belum percaya. Tatapannya semakin menyipit curiga. "Em-i-iya!" "Ah ya sudah!" Alesha memilih menyerah. Lagipun, ia takut kecewa kalau terus mendesak pria itu lalu kenyataannya memang sesuai yang Jonas katakan. Takut ekspektasinya lebih tinggi dibanding realita. Mendadak rasa rendah diri menguasai pikirannya. "Jangan terlalu ge-er... dia terlalu tinggi untuk bersedia jatuh hati dengan manusia aneh
Kedua tangan Alesha bersedekap di depan dada dengan menatap kesal ke arah Jonas. Posisinya sudah kembali duduk. Sedangkan Jonas tetap berdiri di tempatnya seperti seorang yang sedang diinterogasi. Berdiri tegak dengan menghela napas panjang beberapa kali. "Sudah-sudah... kalian ini, masalah sepele kenapa harus diperpanjang!" sahut Nyonya Astari dengan maksud untuk menengahi. Bibir Alesha mencebik sebal, "Jonas itu emang hobi banget menghamburkan uang, Ma! Waktu itu juga pernah--" "Non Sasha, uang yang digunakan Tuan Jonas untuk membeli sekardus pembalut dan sekardus cokelat ini tidak seberapa dengan banyaknya uang yang dihasilkan dalam sehari. Harta kekayaan pengusaha sukses seperti Tuan Jonas ini tidak akan habis tujuh turunan cuma gara-gara beli barang seperti ini." Bibi Tanti ikut menimpali karena gemas dengan kekesalan nona mudanya perkara dua barang tersebut. Alesha memberengut tak suka karena merasa semua orang menormalisasikan pemborosan yang dilakukan suaminya dan ju