Lahat ng Kabanata ng Satu Malam Untuk Selamanya : Kabanata 301 - Kabanata 310

Claire melambaikan tangan saat melihat Levin sedang menggendong Revel, mencari keberadaan dirinya yang agak di sudut. Tempat yang nyaman untuk bersantai.“Bagaimana permainannya? Kamu senang?”“Senang sekali, Mom! Aku suka naik wahana yang tadi, Dad. Aku mau naik lagi!”“Kamu tidak ingin mencoba wahana yang lain dulu? Masih ada banyak wahana lain yang menarik lho,” tawar Levin. “Serius, Dad?”“Tentu saja serius. Begini saja, kita berkeliling dulu supaya bisa main di setiap wahana, setelah itu, jika masih ada waktu, kita bisa main di wahana sebelumnya. Bagaimana?”“Okay, Dad!” “Sekarang kita makan siang dulu, setelah itu kamu lanjut bermain dengan daddy.”“Okay, Mom!” Revel melahap makan siangnya dengan semangat. Tidak sabar ingin kembali bermain. Tidak sabar ingin mencoba wahana lain. Setelah istirahat sejenak, Levin kembali mengajak Revel bermain hingga sore menjelang. Levin menatap jam di pergelangan tangan kirinya. Hampir jam 7 malam.

Perbincangan terhenti saat bel kamar berbunyi, menandakan makan malam pesanan mereka telah tiba. “Kurang dari tiga bulan lagi usia Revel genap 5 tahun, aku pikir ada baiknya jika kita merayakannya besar-besaran. Aku ingin memberikan Revel hadiah yang tidak akan pernah bisa dilupakannya, yaitu keluarga lengkap yang bahagia di ulang tahunnya yang kelima. Bagaimana menurutmu?” Claire mengangguk setuju, ide Levin terdengar bagus di telinganya karena Claire juga ingin memberikan Revel kenangan indah yang tidak akan bisa dilupakan oleh putranya mengingat selama 4 tahun ini Revel tidak pernah merayakan ulang tahunnya bersama teman-teman seusianya. Selalu hanya dengan Claire dan Susan.“Apa biasanya kamu merayakannya setiap tahun?”“Tidak, aku tidak mungkin merayakannya, Levin. Apa kata orang nanti jika hanya ada aku disana tanpa kehadiran seorang suami? Pasti orang-orang akan semakin giat bergosip. Jadi selama ini, kami hanya melewatinya bertiga, aku, Revel dan Susan, mun

Levin baru saja kembali sambil menenteng plastik berisi martabak dan donat pesanan Claire, kakinya sedang melangkah menuju ruang tamu saat telinganya menangkap suara pertengkaran yang terdengar cukup sengit. ‘Siapa yang bertengkar? Apakah ada tamu? Tapi siapa yang datang malam-malam hanya untuk bertengkar? Apakah Nick? Hanya dia yang berani datang ke rumah ini sesuka hati dan menganggapnya seperti rumahnya sendiri,’ batin Levin sambil mengernyitkan kening, menebak-nebak. Levin terus melangkah dan menemukan Claire sedang berdebat dengan Nick. Dugaannya benar! Pertengkaran mereka terlihat cukup sengit karena wajah Claire tampak memerah menahan amarah, sedangkan gesture tubuh Nick terlihat tegang. Tampak jelas kalau mereka berdua sedang bersitegang membahas sesuatu, entah mengenai apa. Yang pasti hal penting. Ini pertama kalinya Levin melihat mereka bertengkar sesengit ini hingga membuatnya bertanya-tanya, penasaran ingin tau apa yang menjadi sumber perdebatan antar kedu

“Kamu tuh ya! Pertanyaan kamu kenapa menjebak seperti itu sih?!” gerutu Claire. “Aku kan hanya bertanya, Claire!” balas Levin membela diri. “Untuk malam ini, aku tidak ingin ditiduri olehmu karena tubuhku masih capek, tapi aku mau dipeluk sama kamu.” “Baiklah, tidak masalah. Apapun permintaan dari istriku tercinta ini pasti aku kabulkan. Jangankan minta peluk, lebih dari itupun aku pasti akan memberikannya! Bukankah aku pernah mengabaikan pekerjaanku karena kamu? Hmm?” goda Levin membuat rona merah menjalar ke pipi Claire. Teringat saat mereka bercinta di kantor Levin. Salah satu tempat yang membuat Claire berdebar karena bercinta di area kantor ternyata menimbulkan sensasi yang berbeda. Sensasi yang membuat adrenalin mereka lebih terpacu karena ada kemungkinan orang lain memergoki aktivitas seks mereka.Meski saat itu Levin telah memberi perintah pada Johan agar tidak ada yang mengganggu mereka dan melarang siapapun masuk ke dalam ruang kerja suaminya, tapi

Setibanya di rumah, Levin melihat wajah Claire tidak lagi murung seperti hari-hari sebelumnya. Kini wanita itu tampak ceria seperti biasanya. Pasti Nick sudah menghubungi Claire! Syukurlah! “Pertengkaranmu dengan Nick sudah berakhir? Pria itu sudah meneleponmu kan?” tebak Levin dengan senyum tipis. “Bagaimana kamu tau?” “Karena aku harus memohon pada sahabatmu yang menyebalkan itu agar mau memaafkanmu. Aku tidak mungkin diam saja saat melihat wajah murungmu, Claire.”“Owh so sweetttt! Aku tidak menyangka kalau kamu akan melakukan hal itu.”“Karena aku mencintaimu, jadi aku akan melakukan segalanya agar wajahmu kembali ceria seperti ini, Sayang.”Claire memeluk tubuh kekar Levin. Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya atas perhatian pria itu. Claire tidak berpikir kalau Levin akan bertindak seperti ini. Bukankah pria tidak peka? Tapi nyatanya Levin peka dengan suasana hatinya! “Sepertinya aku tidak salah memilih suami,” seloroh Claire