All Chapters of Satu Malam Untuk Selamanya : Chapter 311 - Chapter 320

“Aku tidak memperkosamu, Claire!” bantah Levin cepat. Tidak ingin dituduh sebagai seorang pemerkosa, oleh istrinya sendiri pula! “Lalu apa?” tantang Claire. “Aku hanya membantumu menyalurkan hasrat karena obat sialan yang terlanjur kamu minum itu. Obat yang membuat kita dapat menikmati malam indah itu berdua. Lagipula kamu yang sengaja menggodaku dan melepas pakaian tepat di depan mataku, bahkan kamu yang menciumku lebih dulu hingga membuat gairahku tersulut! Sebagai pria normal yang memiliki libido yang baik, bahkan cenderung tinggi, wajar jika aku tergoda kan? Tidak ada pria normal yang bisa menolak tawaran seks dari wanita secantik dan seseksi kamu dengan kondisi tubuh telanjang pula! Ditambah lagi desahan dan eranganmu membuat gairahku melonjak ke batas maksimal!” jelas Levin dengan wajah memerah saat teringat kembali betapa liar dan seksinya Claire malam itu. Malam yang mengawali kisah cinta mereka. “Apakah aku seseksi dan seliar itu di matamu?”“Hmm… sangat!

Usai makan malam, Claire langsung mengutarakan pembicaraannya dengan daddy Alex tadi siang. Tidak ingin menunda waktu. Lebih baik diskusikan secepatnya agar Claire tidak terlalu lama terbebani dengan keinginan daddy Alex. “Kenapa kamu tidak ingin mengambil alih perusahaan, Claire?”“Sejak awal aku tidak berminat menjadi penerus. Pusing menghadapi persaingan bisnis yang terkadang jauh lebih kejam daripada politik!” keluh Claire. “Tapi ucapan daddy Alex juga tidak salah, akan sangat disayangkan jika perusahaan yang telah beliau bangun dengan susah payah selama puluhan tahun ini diserahkan kepada pihak professional. Kita tidak akan pernah tau apakah mereka dapat mengelola perusahaan dengan baik atau tidak, Claire.”“Lalu bagaimana? Tidak bisakah Nick saja yang menjadi penerus mengingat ada andil daddy Edward, yang adalah orangtua Nick, di perusahaan ini?”“Sebenarnya bisa saja, tapi akan lebih baik jika ada perwakilan dari pihak daddy Alex. Ingat, perusahaan ini d

Pengakuan Levin membuat Claire tersipu karena tampak jelas kalau pria itu begitu memujanya, entah saat mereka sedang bercinta atau tidak, perhatian dan rasa cinta Levin padanya terasa begitu besar dan tulus. Hal yang belum tentu bisa didapatkan oleh setiap wanita kan? Namun Claire beruntung berhasil mendapatkannya dari Levin.“Jadi berapa lama kamu melakukannya padaku di malam itu?”“Entahlah, aku tidak sempat melihat jam. Yang pasti berjam-jam dan berulang kali hingga kamu terkapar kelelahan karena harus menghadapi gempuran nafsuku!” aku Levin sambil tersenyum lebar, teringat akan kegilaannya. “Pantas saja tubuhku terasa remuk dan sangat perih saat bangun tidur keesokan harinya. Sejak dulu kamu memang seorang maniak seks!” sungut Claire.“Maafkan aku, Sayang. Saking nikmatnya, aku lupa kalau itu adalah yang pertama kalinya untukmu,” ucap Levin, diiringi dengan wajah bersalah. “Lalu kenapa kamu tidak mengenakan pengaman atau setidaknya membuang benihmu diluar?

“Sama sepertimu, aku sudah menyukaimu sejak kita pertama kali bertemu di kelas yang sama saat semester awal. Setelah pertemuan itu, aku tidak bisa berhenti memikirkan kamu, hanya saja karena kamu terkenal dengan julukan playboy, pria brengsek, Casanova or whatever you name it, jadi aku memilih mundur.”“Bagaimanapun juga logikaku masih berfungsi dengan baik. Meski wanita pada umumnya menggunakan 100% perasaan, tapi tidak denganku karena selalu ada logika yang aku libatkan meski hanya 40%. Aku tidak mau menjadi salah satu korbanmu yang nantinya akan menangis meraung-raung saat kamu mulai bosan dan pergi meninggalkanku begitu saja. Aku tidak ingin sakit hati hanya karena terlalu terhanyut dengan perasaanku terhadapmu. Jadi lebih baik aku belajar mengabaikanmu sebelum perasaanku berkembang lebih jauh,” jelas Claire panjang lebar. “Tapi aku tidak menyangka sekeras apapun aku menghindar, pada akhirnya aku tetap menjadi korbanmu sampai aku harus terjebak ke dalam pernikahan seum

Beberapa saat sebelumnya…Nick mengumpat pelan saat melihat Mia melenggang masuk ke ruang kerjanya dengan santai, tanpa izin pula. Pria itu menatap Mia dengan pandangan muak, benci melihat wajah munafiknya yang menggunakan topeng bagai orang tak berdosa! “Siapa yang mengizinkanmu masuk?”“Memang tidak ada, tapi karena meja kerja asistenmu kosong, jadi aku berinisiatif masuk tanpa perlu menunggu atau merepotkannya,” balas Mia santai, mengabaikan kegusaran yang tercetak jelas di wajah Nick. Ya, pria itu memang sengaja tidak menyembunyikan kegusarannya agar Mia sadar diri, sayangnya, wanita itu juga sengaja mengabaikan kegusaran Nick! Sialan! Lagi, Nick memaki, kali ini hanya dalam hati. Leo, asisten pribadinya, pasti sedang sibuk menangani meeting internal dan menyiapkan dokumen untuk rapat besar nanti sore sehingga harus memastikan banyak hal ke beberapa divisi karena ada hal-hal tertentu yang tidak bisa dibicarakan melalui telepon. Tidak heran kalau meja kerja