Levin memperhatikan respon Claire. Tampak jelas kalau wanita itu terlihat cemas dan tidak nyaman saat mendengar pertanyaannya.
“Claire?” panggil Levin saat wanitanya tidak merespon pertanyaannya.Hanya terdiam dengan raut tegang.“Iya, tadi Nick mampir sebentar.”“Oh ya, ada urusan apa? Tidak biasanya Nick datang hanya sebentar. Biasanya kalian akan asyik berbincang sampai mengabaikanku.”“Aku tidak mengabaikanmu, Levin,” keluh Claire.“Aku hanya bercanda, Claire. Kenapa kamu anggap serius? Sebenarnya ada apa? Apakah kalian bertengkar? Raut wajahmu juga terlihat suntuk,” selidik Levin, berharap Claire jujur padanya. Bukankah mereka berdua sudah janji untuk saling terbuka?Well, terbuka mengenai setiap masalah yang ada maksudnya, bukan terbuka saat sedang bergumul di atas ranjang!“Kami memang sedang bertengkar,” aku Claire lirih.“Oh ya? Mengenai apa? Baru kali ini aku mendengar kalian bertengkar.”Claire menggigit bibir. Memikirkan kalim“Mulai hari ini, katakan padaku apapun yang kamu inginkan dan rasakan. Jangan ada satu hal pun yang kamu tutupi dariku, okay? Aku sudah berjanji untuk selalu menjagamu jadi aku harus tau segala hal yang kamu dan si kecil inginkan serta rasakan,” ucap Levin setibanya mereka di rumah. “Okay, My Husband!” jawab Claire dengan senyum manis yang menampilkan lesung pipinya membuat Levin gemas dan langsung mengecup pipi istrinya. Hari berjalan dengan cepat. Dua minggu telah berlalu. Tidak terasa usia kehamilan Claire sudah menginjak minggu ke 8. Rasa mual mulai menghantui hari-harinya. Seperti sekarang, hari masih pagi, baru jam 6 pagi, tapi Claire sudah kewalahan menghadapi rasa mual yang menyerangnya sejak satu jam yang lalu.Levin, yang awalnya terlelap, langsung terbangun saat mendengar suara Claire yang sibuk muntah-muntah di wastafel. “Astaga, Claire!” Levin melesat menghampiri istrinya dan memijat tengkuknya perlahan, penuh kelembutan. Wajah Claire tampak puca
“Kamu tau darimana kalau aku sakit, Claire?” tanya Nick, mengalihkan pikirannya. “Aku tidak tau, hanya saja tadi kami ke kantor daddy Alex dan beliau bilang kamu sedang cuti, hal yang cukup mengherankan karena kamu adalah workhaholic sejati, dan karena ada hal yang ingin kami beritahu, jadi kami memutuskan datang kesini dan menemukan kamu terkapar bagaikan orang pingsan!” jelas Claire panjang lebar.Nick mengangguk paham.“Jadi hal apa yang ingin kalian beritahu padaku hingga datang kesini? Pasti hal penting, jika tidak, kalian akan lebih memilih membicarakannya melalui telepon.”Claire dan Levin saling pandang, namun belum berkata-kata hingga sebersit dugaan merasuk ke otak Nick yang masih agak error. Mungkin karena pengaruh paracetamol. “Sebenarnya ada apa? Kenapa kalian malah saling pandang seperti itu? Apakah terjadi hal buruk? Apakah Mia melakukan sesuatu?” cecar Nick gemas. Claire menggeleng cepat, mengusir dugaan Nick yang melenceng jauh. “Oh t
Nick mengerang lirih. Sekujur tubuhnya terasa ngilu. Lidahnya pun terasa pahit. Tenggorokannya sakit. Hidungnya pun tersumbat. Oh, sakit sungguh menyebalkan!Nick benci jika harus merasa tidak berdaya seperti ini. Dengan rasa malas, Nick mencoba mendudukkan tubuhnya yang masih lemas. Tapi Nick sadar kalau dirinya tidak mungkin berbaring seharian. Dirinya tetap harus makan sesuatu, meski lidahnya sedang tidak dapat berfungsi normal hingga membuat segala makanan yang dicicipinya terasa hambar, dan kembali minum obat agar kondisi tubuhnya segera pulih. Nick tidak ingin sakit lama-lama. Tanpa sengaja matanya tertuju ke arah nakas di sebelah kanan ranjangnya. Kemana mangkuk kotor berisi bubur yang disantapnya tadi pagi? Dan kenapa bungkus obat yang awalnya berserakan kini malah lenyap? Padahal Nick yakin kalau tadi sebelum tidur, saking lemahnya, dirinya sampai tidak memiliki tenaga untuk membersihkannya meski itu adalah hal yang terlihat sederhana. Rasa was-was mengha
Claire menekan tombol intercom, menunggu respon Nick, tapi meski telah menunggu hingga satu menit lebih, tidak ada jawaban apapun. Jangankan membuka pintu, pria itu bahkan tidak merespon panggilan intercom! Apakah Nick sedang tidak di rumah?“Sepertinya Nick tidak ada di apartemen. Mungkin dia sedang jalan-jalan melepas suntuk makanya mengajukan cuti hari ini,” ucap Levin, menyuarakan hal yang juga sempat terlintas di benak Claire. Tapi entah kenapa Claire tidak yakin dengan dugaan itu. Nick bukan orang yang suka mengabaikan pekerjaan dengan jalan-jalan, pasti karena ada hal lain. Claire lebih yakin kalau sahabatnya itu sedang sakit hingga terpaksa cuti! Terpaksa, Claire mengulurkan tangan dan menekan 6 digit angka, berharap Nick tidak mengubah password pintunya. Suara ‘klik’, yang menandakan kalau pintu telah terbuka, terdengar membuat Claire menghela nafas lega. “Bagaimana kamu bisa tau password apartemen Nick?”“Kami sudah bersahabat selama lebih dari 20 ta
Levin terlonjak kaget saat mendengar pekikan Claire. “Ada apa, Claire?” “Kita belum memberitahu daddy Alex dan orangtua kamu, Levin. Nick juga belum aku beritahu, mereka pasti kaget dan senang mendengar kabar ini.”“Well, aku rasa khusus untuk Nick, dia tidak akan kaget karena aku sempat mengungkapkan kecurigaanku mengenai dugaan kehamilanmu beberapa waktu lalu.”“Oh ya? Kapan?”“Saat pria itu menolak berbicara denganmu, mau tidak mau aku membujuknya sambil mengungkapkan dugaanku berharap dengan begitu rasa kesalnya melunak. Aku juga bilang padanya agar tidak membuatmu stress dan rencanaku berhasil,” aku Levin jujur. “Ahh, jadi begitu! Pantas saja setelah itu dia langsung bersikap seperti biasa seolah tidak ada masalah apapun dan mengatakan sudah memaafkanku saat aku minta maaf padanya!” gumam Claire paham.“Hmm, aku bilang padanya kalau kamu terlihat murung dan frustasi, hal yang tidak baik bagi ibu hamil. Dan aku tidak bohong, saat itu kamu memang mu
Rena menoleh saat mendengar pertanyaan Claire yang dipenuhi nada khawatir. “Oh, tidak, kondisi bayi kalian baik-baik saja. Hanya saja kemungkinan besar bayi kalian kembar karena rahim terlihat merenggang lebih jauh,” ucap Rena menenangkan.Nafas Claire dan Levin tercekat. Pasangan itu saling berpandangan. “Kembar, Dok?”“Iya, ini memang baru sekedar dugaan saya. Tapi saya lihat, perut anda terlihat lebih besar dibanding usia 6 minggu kehamilan tunggal. Namun untuk lebih pastinya kita bisa periksa kembali saat check up rutin di bulan depan. Apalagi umumnya saat kehamilan kembar akan disertai oleh rasa mual yang lebih intens daripada biasanya serta lebih sering merasa lelah, tapi tadi anda bilang tidak merasakan mual kan?”“Betul, Dok. Sampai saat ini, saya tidak merasa mual atau pusing, hanya saja saya memang sering merasa lelah, enggan melakukan aktivitas apapun. Yang saya inginkan hanyalah tidur seharian,” jelas Claire. “Lalu apa lagi yang anda rasakan?”