Aditama berdiri diam di sisi mobil, menggenggam setangkai bunga mawar putih yang telah ia beli di perjalanan tadi. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia menjejakkan kaki ke tempat ini—sejak hari pemakaman ayah mertuanya, Fahri. Ia berjalan perlahan, menyusuri deretan nisan yang tampak asing dan berbeda dari yang ia ingat. Langkahnya ragu, matanya mencari-cari. Beberapa kali ia berhenti, menunduk, membaca nama pada batu nisan yang salah. Rasa sesal dan gelisah menyesaki dadanya. Masa sudah berada di sini, dia tidak menemukan makam ayah mertuanya. Hingga akhirnya Aditama mengembuskan napas lega, ia menemukannya. “Om,” sapanya lirih. Aditama berjongkok, menyentuhkan jemarinya pada nisan itu. Ia letakkan bunga mawar putih di atas pusara, mengusap pelan batu nisan dengan telapak tangannya yang gemetar. “Saya Aditama, Om. Maafkan baru datang hari ini.” Suaranya parau. “Harusnya dari dulu, tapi saya terlalu pengecut.” Ia menghela napas panjang, lalu menunduk lebih dalam. “Maa
Last Updated : 2025-05-15 Read more