Malam itu, mobil Danu melaju perlahan di jalan raya yang mulai lengang. Ayahnya duduk di kursi depan, terlihat gusar sambil melipat tangan di dada. Ibunya, di sampingnya, sibuk menghela napas panjang dengan wajah yang menyiratkan penyesalan. Danu, yang memegang kemudi, sesekali melirik mereka melalui kaca spion dalam, berharap bisa memecah kebekuan suasana.“Aku masih tidak percaya Tsania bisa berbohong sejauh itu,” suara ibunya memecah keheningan. “Mengaku sebagai anak Adhyaksa, memanfaatkan kepercayaan kita… Dia benar-benar mempermainkan kita!” Nimas menarik napasnya menghembuskannya kasar, “kalau tadi tidak ada Adyaksa, sudah ibu permalukan dia. Tsania itu hanya pembantu, kenapa berani mengaku sebagai anak majikan dan kenapa Adyaksa diam saja dan tetap memperkerjakan rubah seperti itu.”Ayahnya mengangguk dengan geram. “Kita terlalu mudah percaya. Kalau saja kita sedikit lebih cermat, semuanya tidak akan seperti ini. Siena… gadis itu jauh lebih baik.”Danu, yang sejak tadi diam, me
Terakhir Diperbarui : 2025-05-25 Baca selengkapnya