All Chapters of Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan: Chapter 161 - Chapter 170

Madeline tersenyum lembut ke arah Mia usai wanita muda itu menjelaskan bahwa Ellen telah berada di tangan Dimitri. "Tak masalah jika harus bersama dengan suaminya bukan?" tanya Madeline. "Tapi nona muda sangat membenci tuan Dimitri. Bagaimana jika dia tidak nyaman?" tanya Mia cemas. Sedari tadi dia hanya berjalan mondar mandir kesana kemari karena pikirannya terarah pada bagaimana Ellen tinggal di tempat terpencil bersama Dimitri."Mia, kemarilah. Mendekatlah padaku," kata Madelaine lembut sambil memberi isyarat tangan u tuk Mia mendekat. Wanita muda itu bergegas duduk di samping Madelaine. Tatapan matanya menunggu wanita itu berbicara. Meski dia tak lepas dari rasa cemas atas Ellen. "Pulau itu dulunya milik keluarga Chatrine. Dia memang bukan wanita sembarangan. Wanita itu berasal dari keluarga bangsawan Inggris yang beberapa abad yang lalu sempat tersohor pada masanya," kata Madeline. "Apakah Nyonya juga mengetahui pulau aneh itu?" tanya Mia antusias. "Tentu saja. Pulau itu se

"Siapa kau?"Pertanyaan itu keluar dari bibir pria lusuh itu ketika dirinya di ajak keluar dari ruangan mengerikan itu. Kini dia sudah terlihat lebih baik. Pria itu sudah mencukur rambut nya serapi mungkin. Lalu membersihkan tibuhnya dan berpakaian layaknya manusia. Mengenakan kemeja pitih dan celana kain berwarna biru benhur."Tuan terlihat tampan sekarang," kata pria yang menolongnya, Dimitri. Pria itu mengubah penampilan pria lusuh itu. Arthur Byorka. Pria itu sekarang duduk di hadapan Dimitri Pyordova dengan secangkir teh hangat. Dia tersenyum, tersipu malu."Benarkah?" tanya Arthur tertunduk malu. "Aku akan segera menikah. Calon istriku berasal dari keluarga terhormat di Paris.""Kau pasti sangat mencintainya," kata Dimitri tersenyum."Tentu saja," jawbnya antusias. "Celina Laurent adalah wanita tercantik di dunia. Aku bahkan rela melepaskan diri dari Byorka demi bisa menikahinya."Dimitri tersenyum menatap wajah berseri Arthur. Dia terlihat seperti seorang pria yang akan menika

Rencana Dimitri berjalan dengan lancar. Hari dimana akan menjadi hari bahagia untuk Erica. Seharusnya. Tapi justru akan menjadi hari terkelam. Karena Dimitri akan mempermalukannya di hadapan banyak orang. Semua pemberitaan bertemakan pernikahan antara Dimitri dan Erica. Hal itu tak sengaja terdengar oleh Ellen yang masih berada di pulau terpencil. Entah siapa yang tanpa sengaja atau memang di sengaja membuka saluran TV.Dimitri nenar-benar mengisolasi Ellen. Semua saluran TV sudah di pilih dengan sempurna agar tidak ada lagi berita tentangnya dan Erica. Namun saat ini wanita itu justru berdiri di depan LCD besar yang menampilkan dua orang berpasangan dengan gaun dan jas. Mereka memakai warna putih. Wajal Ellen seketika memanas tatkala melihat wajah pria yang seharusnya menemaninya di tempat ini justru bersama wanita lain dengan persiapan pernikahan yabg super mewah. Marc yang memang ingin menemui Ellen terkejut melihat wanita itu berdiri menyaksikan pria yang masih sangat ia cintai

Dimitri tak peduli dengan apa pun. Pria itu tetap menunggui sang istri hingga tetap terjaga. Selama hampir tiga hari Ellen tak sadarkan diri. Dan ketika wanita itu terbangun dari tidur panjangnya yang membuat Dimitri panik, dia tak ingin menatap wajah pria itu. Dengan membuang muka dia bahkan seolah tak mendengarkan apa yang Dimitri ucapkan. Meskipun dia tahu betul Dimitri terjaga beberapa hari hingga tidak tidur hanya untuk dirinya. "Lepaskan aku," pintanya lirih. Dimitri tak menyangka Ellen akan tetap.meminta untuk pergi. "Tempat ini sangat aman untukmu," ucap Dimitri lembut. "Kau tidak bisa memperlakukanku seperti ini. Aku memiliki hati dan juga harga diri," kata Ellen. "Sebentar saja. Tunggulah sebentar saja. Kenapa itu sulit bagimu?" tanya Dimitri frustrasi. "Aku tidak ingin berlama-lama berada di dekat mu!" bentak Ellen menatap Dimitri tajam.Dimitri terdiam. Ada kebencian mendalam dari sorot mata Ellen. Wanita yang saat ini tengah berlinang air mata. Suaranya terdengar ber

Erica sudah bersiap dengan gaun pernikahannya. Seseorang yang ia suruh sudah memberi signal bahwa Ellen telah tiada. Dia pun sudah bisa bernapas dengan tenang dan menjalani pernikahan dengan bahagia. Namun Eric dan Ella, kedua orang tua Erica merasa tidak senang. Mereka berusaha membujuk Erica sudah dari beberapa minggu yang lalu. Namun Erica tidak peduli dan tetap akan melaksanakan pernikahannya."Dimitri tidak akan pernah mencintaimu. Pertimbangkan sebelum terlambat," ujar Ella cemas, yang saat ini duduk di sebelah Erica menatapnya penuh kecemasan. "Dia hanya akan mencintai Ellen. Itu adalah faktanya," tambah Eric. "Kami sudah bersama sejak lama. Apa salahnya jika kami menikah?" tanya Erica. "Toh Ellen juga sudah menjadi jasad.""Apa maksudmu?" tanya Eric terkejut mendengar pernyataan dari seorang Erica. "Kenapa terkejut seperti itu, Ayah?" tanyanya balik dengan kesal. "Apa kau sudah ..."Suaranya tercekat di tenggorokan. Dia tak pernah bisa berpikir bahwa hal ini akan terjadi.