All Chapters of Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan: Chapter 151 - Chapter 160

Dimitri segera pulang dan menemui istrinya di kamar. Wanita itu mengeluhkan rasa sakit di perutnya. Dengan cemas, Dimitri bahkan memerintahkan siapa pun untuk memanggil dokter. Namun Ellen menolak dengan memegangi tangan Dimitri sambil.menggelengkan kepala. "Ini hanya rutinitan setiap bulan," kata Ellen."Apa maksudmu?" tanya Dimitri."Tamunya telah datang. Memang sedikit terlambat tapi akhirnya datang juga," jawab Ellen sambil memegangi perutnya. "Tapi sepertinya aku telah membuat seprei nya kotor. Maafkan aku.""Bukan masalah besar. Para pelayan akan membersihkannya," ujar Dimitri seolah paham dengan apa yang Ellen utarakan. "Bisakah kau memberi beberapa benda itu?" tanya Ellen."Apa yang kau butuhkan? Aku akan berikan segalanya," kata Dimitri."Benda itu adalah benda sakral yang hanya di pakai para wanita setiap periode bulanan," ujar Ellen tertunduk malu. Dimitri berpikir keras. Rupanya dia masih belum mengerti juga. Baru setelah Ellen bangkit dari ranjang, ada noda darah di sp

"Maafkan kami Nyonya."Hanya itu yang bisa mereka ucapkan. Lalu berjalan keluar dari kamar untuk melaporkan hasil pemeriksaan terhadap Dimitri yang saat ini tengah menikmati pizza nya. "Jadi dia memang hamil anakku," gumam Dimitri tersenyum licik. Pria itu kemudian menyuruh mereka pergi. Dia sendiri yang akan datang menemui Ellen di kamar itu. Namun wanita itu tak ada di dalam kamar. Pandangannya seketika terarah pada jendela kamar yang terbuka lebar. Siang itu Ellen kabur dari rumah Dimitri dan berlari sekuat tenaga. Ingatannya kembali pada masa dimana dirinya seharusnya menikah dengan Darren sebagai Yuri. Kala itu seseorang memberinya surat kaleng. Di sana tertulis tentang Dimitri.'Setelah semua terkuak dan kau kembali pada suamimu, Dimitri Pyordova. Maka ketahuilah satu hal. Kau akan tahu suamimu itu mandul atau tidak. Jika dia mandul maka dia tidak akan melepaskanmu. Dan jika kau sampai hamil anaknya maka dia akan memburumu dan anakmu. Dimitri akan membunuh keturunannya sendir

"Lalu bagaimana dengan surat kaleng itu?" tanya Ellen menatap lurus kedepan dengan tatapan datar. "Ini hanya untuk membuatmu menjauhi Dimitri," jawab Raynand. "Dia ingin kau membenci Dimitri.""Bagaimana jika itu benar? Bagaimana jika dia berusaha menjebakku untuk membunuh keturunannya?" tanya Ellen panik."Apa yang kau katakan, Ellen?" tanya Raynand. "Sadarlah, Ellen!"Wanita itu justru berteriak keras. Dia histeris karena stress yang berkepanjangan. Wanita itu bahkan sampai tak sadarkan diri. Raynand yang panik pun segera membawa Ellen masuk ke dalam dan membaringkannya ke atas ranjang. "Ellen, jangan menakutiku. Bangunlah," gumam Raynand sembari mengambil peralatan dokter miliknya. Pria itu segera memeriksa Ellen ketika Mia masuk ke dalam kamar itu. Mia pun ikut panik."Apa yang terjadi?" tanya Mia panik. "Tidak mingkin," gumam Raynand. Pria itu terdiam sejenak karena terkejut. Lalu segera ia menguntikkan sesuatu pada Ellen. Itu adalah obat untuk membuat Ellen sedikit tenang d

"Aku ..."Ellen tak tahu harus berkata apa. Dia tahu Dimitri pasti tidak akan melepaskannya. Pria itu berdiri dan Ellen mulai waspada. Raut wajahnya terlihat sangat ketakutan saat ini. "Aku tidak akan mengganggumu dengan anak ini," ujar Ellen segera dengan kedua mata tertutup."Apa?" Dimitri terdiam dan terkejut. "Sungguh aku akan merawatnya sendiri tanpa harus merepotkanmu," lanjut Ellen mengangkat wajahnya sambil memohon."Ellen, kau ...""Keluarga Laurent memiliki harta yang berlimpah. Itu sudah sangat cukup untuk membiayai anak ini," lanjut Ellen dengan raut wajah penuh keyakinan."Ellen, apa yang kau katakan?" tanya Dimitri.Ellen bangkit dari duduknya dan segera bersimpuh. Dengan derai air mata, wanita itu mencoba untuk meyakinkan Dimitri bahwa anaknya tak akan merepotkan pria itu atau siapa pun. "Tidak, Ellen. Apa yang kau lakukan?" tanya Dimitri. "Berdirilah.""Kau bisa bermain denganku sepuasmu. Asalkan jangan renggut anak ini. Aku mohon jangan bunuh dia," ujar Ellen tertu

Darrel dan Margaret duduk bersebelahan. Keduanya tengah menunggu sang putra sadar dari koma. Raut wajah yang tak bisa di tutupi. Rasa cemas, panik, sedih serta perasaan bersalah bersarang di kedua wajah yang sudah tak lagi muda itu."Apakah sekarang kau masih tetap memyalahkan Dimitri?" tanya Darrel memulai pembicaraan di tengah heningnya suasana lorong rumah sakit. Margaret tertunduk lesu. Selama ini apa yang terjadi pada keluarganya, dia selalu menyalahkan Dimitri. Namun sekarang Darrel bahkan seolah bangkit dari kematian pun juga karena Dimitri. "Anak itu tidak bersalah. Dia bukan berasal dari ibu sembarangan. Chatrine adalah keturunan bangsawan Inggris yang entah bagaimana bisa jatuh cinta pada ayahku di usia nya masih terbilang sangat belia," kata Darrel. "Aku bahkan tak pernah menyangka Chatrine bukan orang sembarangan," gumam Margaret menyesal. "Di bandingkan dengan nya bahkan Pyordova tak ada apa-apanya. Dia wanita terhormat yang jatuh cinta pada pria yang salah. Tapi dia