All Chapters of Suami Penggantiku Bukan Lelaki Murahan: Chapter 81 - Chapter 90

"Bagaimana bisa begitu?" tanya Yuri. "Aku baru menandatanganinya kemarin. Itu sangat tidak masuk akal. Kalian benar-benar telah menjebakku.""Apakah aku belum sempat mengatakan bahwa kau harus membaca dulu sebelum memandatanganinya?" Dimitri balik bertanya."Tetap saja ini sangat tidak masuk akal," kata Yuri."Untuk salinan berkas sudah ada di tangan pihak legal kami. Jika ingin membatalkan maka silakan kau tanggung pinalty nya.""Itu sangat banyak. Bahkan tak sebanding dengan pendapatanku. Bagaimana bisa aku membayar uang sebanyak itu?" tanya Yuri kesal. "Kalau begitu kau boleh bekerja mulai kapan saja. Hari ini, besok atau lusa. Itu juga tertulis di berkas yang kau tandatangani," kata Dimitri berbalik. "Tunggu sebentar," cegah Yuri menyentuh lengan pria itu. Dimitri berbalik sambil menatap telapak tangan Yuri yang menyentuh lengannya. Lalu di tatapnya wajah Yuri yang saat ini terlihat sedang kesakitan di bagian kepala. Dengan sigap Dimitri membawanya untuk duduk."Apakah kau baik-

Yuri berlari di koridor rumah sakit. Dia segera datang ketika pihak rumah sakit menghubunginya dan menjelaskan kondisi ibunya yang tidak baik-baik saja. Salah satu ginjalnya mengalami kerusakan dan harus segera di angkat. Wanita malang itu menangis ketika sang ibu dalam penanganan dokter. Usai tanda tangan persetujuan operasi, dia menunggu di ruang tunggu operasi dengan perasaan tidak karuan. Seorang wanita berlari ke arah Yuri. Wanita itu menoleh dan menatap wajah wanita yang baru saja datang dengan tatapan lega. Masih ada satu orang yang peduli padanya. "Semua akan baik-baik saja," kata Tiana, perawat yang dulunya sempat merawat Yuri ketika kecelakaan menimpanya beberapa tahun yang lalu."Tiana, terima kasih. Kau dan aku baru saja saling mengenal. Tapi kau selalu ada untukku. Kau selalu memberikanku semangat. Itu semua sangat berharga untukku," kata Yuri yang saat itu berada dalam pelukan Tiana. "Sudahlah. Aku tidak membantu sebanyak itu juga," ujar Tiana. "Aku melihatmu seperti

"Maafkan aku sudah merepotkanmu."Kalimat itu keluar dari bibir Yuri dengan senyuman merekah. Dia tengah terbaring di ranjang rumah sakit bak hotel bintang lima. Beberapa detik kemudian senyumny hilang berganti dengan tatapan tidak senang ke arah Dimitri yang duduk di dekatnya dengan senyuman penuh kelegaan. "Tapi bukankah kau sengaja melakukannya? Kau sengaja memberiku banyak bantuan berupa materi, meskipun itu untuk membantuku, tapi tidakkah kau tahu ini sangat banyak. Dan aku tidak bisa membayarnya. Itukah rencanamu?" cerca Yuri kesal."Aku hanya berniat membantumu. Kau tak perlu menggantinya karena ini bukanlah pinjaman. Aku tulus membantumu," kata Dimitri."Kalau begitu batalkan poin dimana kau bisa menyuruhku sesuka hati untuk makan malam," kata Yuri."Apakah kau sungguh membenciku?" tanya Dimitri."Apakah kau menyukaiku dan berniat merayuku?" Yuri balik bertanya dengan tatapan serius.Dimitri terdiam. Dia tak tahu harus menjawab apa. Jika boleh jujur dia hanya ingin memastikan

Dimitri berjalan masuk ke resort milik keluarga Pyordova. Tatapannya tajam seolah siap membunuh siapa saja yang ada di tempat itu. Pagi ini dia baru saja menerima laporan keuangan dari divisi keuangan resort. Lalu beberapa keluhan pelanggan yang mengeluhkan tentang kurangnya kebersihan. "Kebersihan itu nomor satu. Bagaimana bisa kalian mengabaikan itu semua? Apa yang kalian lakukan selama ini? Bahkan komisi selalu di bayarkan tepat waktu," cerca Dimitri marah besar. "Kami akan segera menangani masalah ini, Tuan." kata seorang pria yang sedari tadi berjalan di belakang Dimitri. "Bagaimana dengan mereka? Si pembuat onar yang bahkan pelanggan sampai tahu nama mereka," kata Dimitri. "Pihak HRD sudah mendisiplinkan mereka," kata pria itu. "Jadi mereka masih bekerja di tempat ini," kata Dimitri tersenyum. Sesaat kudian dia berhenti lalu tatapannya memjadi sangat menakutkan. "Pecat mereka dan juga HRD!""Baik, Tuan." pria itu ketakutan. "Siapa pun yang bermain-main dengan hal seserius

5 tahun yang lalu.Semejak kepergian Ellen, Dimitri menjadi pribadi yang berbeda. Dia tidak lagi menjadi pria dengan kelembutan yang selau terpancar. Jugabukan lagi Dimitri yang selalu menuruti perintah Pyordova. Pria malang itu sering mendatangi psikiater demi ibunya. Hanya Chatrine. Dialah satu-satunya yang bisa mengendalikan putranya. Namun begitu, anak nakal itu selalu pergi ke Hongkong untuk melampiaskan amarhanya. Dia memukuli orang-orang yang berkhianat padanya. "Kau tega meninggalkanku!" bentak Dimutri sambil melayangkan tinju ke perut seorang pria secara bertubi-tubi. "Tuan, maafkan saya. Tolong ampuni saya," pinta pria itu."Siapa yang menyuruhmu mati? Aku tidak pernah bersedia melepaskanmu. Bahkan kematian pun tidak!" bentak Dimitri lalu melayangkan tinjunya ke bagian dada pria itu lalu memukuli punggung serta bagian tubuh lainnya secara membabi buta.Marc bwrlari ke arahnya dengan panik. Dia tahu saat ini tuannya tak bisa di kendalikan oleh siapa pun di fase ini dia be