Hai para pembaca. Jika kalian menemukan pesan ini maka bab ini sudah saya ubah. Sebelum nya saya minta maaf karena untuk bab ini pengerjaannya kurang maksimal di karenakan saya sempat terlelap untuk sesaat ketika mengerjakan bab ini. Namun saya sudah mengedit bab ini sedemikian rupa. Saya juga mohon maaf untuk 2 hari kebelakang saya tidak bisa up di karenakan ada sedikit masalah di real life saya. Semoga kalian selalu menantikan saya up. Terima kasih banyak.
Cukup lama Raynand menunggu Ellen kembali tenang. Bahkan punggungnya yang basah oleh air masih menyisakan rasa dingin. Ellen menoleh ke belakanh dan baru ia menyadari punggung Raynand sudah basah. "Maafkan aku. Kau jadi basah karena aku," kata Ellen panik. "Tenangkan dirimu. Aku tidak apa-apa," kata Raynand tertawa kecil."Kita pulang saja," kata Ellen sembari berdiri lalu di ikuti dengan Raynand. Keduanya berjalan bersama menuju resort tempat keduana tinggal. Ellen berpikir keras tentang apa yang ia tangisi. Rasa rindu yang begitu nyata ia rasakan terhadap seorang Dimitri. Pria yang bahkan tak pantas untuk sekedar ia pikirkan. "Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Raynand. "Bukan apa-apa," jawab Ellen tersenyum. 'Aku tidak boleh terpengaruh pikiranku sendiri,' batinnya. Keduanya sudah sampai di area resort. Mereka masuk dan Ellen segera kembali ke kamarnya. Pun dengan Raynand yang harus segera membersihkan diri.Pria itu segera masuk ke dalam bilik mandi. Dia merasa tidak nyama
Raynand mengajak Ellen berjalan-jalan sekitar resort. Mereka sampai di sebuah kolam renang. Ellen berhenti dan menatap sebuah gerai minuman. "Di sana," ucapnya menunjuk sebuah kursi kayu. "Aku sebagai Yuri membicarakan desain dengan Dimitri. Dia terlihat antusias dan sangat menghormati pendapatku.""Ellen, sebaiknya kita pergi dari sini. Masih banyak tempat di sekitar resort yang bagus," kata Raynand. "Semua tempat mengingatkanku pada Dimitri," ucap Ellen datar. Raynand mengambil inisiatif. Pria itu meraih telapak tangan Ellen dan menggenggnya erat. Lalu ia membawanya keluar dari resort itu. Raynand mengajaknya ke sebuah restaurant. Mereka memesan makanannya masing-masing. "Kenapa seperti tidak berselera?" tanya Raynand yang melihat Ellen hanya mengaduk makanannya. "Maaf. Seharusnya aku menikmati liburan kali ini. Terlebih ini seperti cuti tahunan dari rutinitasku sebagai desainer," kata Ellen. Wajahnya terlihat sangat sedih dengan senyuman paksa di bibirnya. Dia menatap Raynand
Tiga hari yang lalu. Dimitri mengajak Erica ke sebuah tempat hiburan malam. Wanita itu di buatnya mabuk hingga tak sadarkan diri. Secara tidak sengaja mereka masuk ke kamar hotel bersama dan melakukan hal yang tak terduga. Bahkan beberapa saat yang lalu Dimitri masih mencintai Ellen. Namun malam ini dia justru menghabiskan malam yang panas bersama Erica.Ke esokkan harinya, Dimitri yang sudah berpakaian lengkap menatap Erica yang masih terlelap di bawah selimut tanpa mengenakan apa pun. Pria itu tersenyum menatapnya. Sesaat kemudian Erica terbangun dan tidurnya. Ia merasa pusing di kepalanya. "Maafkan aku, Dimitri. Semalam aku pasti minum sangat banyak," kata Erica yang masih belum menyadari sesuatu. "Sebaiknya kau beesihkan diri lalu ku ajak kau maka pagi bersama. Aku ada pekerjaan mendesak satu jan lagi," kata Dimitri sambil merapikan dasinya. "Iya. Aku mandi dulu," kata Erica."Aku tunggi di luar," kata Dimitri berjalan keluar dari kamar.Erica membuka selimut dan menatap sekuj
Pagi ini Dimitri mendapatkan kabar bahwa Ellen berada di resort miliknya melalui orang suruhan Marc yang memang bertugas untuk mengawasi Ellen. Namun pria itu lebih memilih menunggu di Paris. Itu juga untuk mengelabuhi Erica. Wanita itu tidak boleh sampai curiga. Dia harus mengangira bahwa Dimitri telah membuka diri untuknya dan mulai mengabaikan istrinya."Kau akan datang malam ini bukan?" tanya Erica pagi itu ketika keduanya tengah menikmati makan pagi bersama dengan pemandangan kota Paris di pagi hari."Entahlah. Pekerjaanku begitu banyak dan mebumpuk. Kakakku masih belum sepenuhnya pulih," ujar Dimitri. "Jadi semua pekerjaan masih harus aku yang mengerjakannya.""Kau pasti sangat kelelahan. Bagaimana kalau setelah ini kau ajak aku berkeliling?" tanya Erica dengan wajah sumringah. "Hanya kali ini saja. Besok aku sudah harus fokus pada fashion show.""Hari ini pun Marc memberiku jadwal yang sangat padat. Kau salahkan saja Marc. Dia selalu seperti itu," kata Dimitri tersenyum tipis.
"Nenek, maafkan aku baru bisa menghubungimu. Sepertinya kami tidak bisa pulang tepat waktu. Beberapa hari lagi baru bisa memesan penerbangan ke Paris. Karena ada beberapa hal yang harus Raynand kerjakan di tempat ini."Pesan singkat itu dikirim oleh Ellen pada Madelaine. Wanita tua yang saat ini tengah tersenyum lembut usai membaca pesan singkat itu. Dia tengah duduk menikmati suasana sore di balkon kamarnya dengan di temani secangkir teh hangat. Juga ada Mia yang duduk di seberang meja. "Lihatlah, Mia. Anak itu sekarang bisa membangkang terhadapku," ujar Madelaine. "Apakah Nyonya Besar tidak marah terhadap nona Ellen?" tanya Mia tertawa kecil. "Untuk apa aku marah?" tanya Madelaine. "Karenya nona tidak menurut dan berlama-lama di California," jawab Mia polos. "Tidak, Mia. Aku suka dia berlama-lama di California. Setidaknya disana aku berharap dia bisa sedikit melupakan masalahnya dengan suaminya," kata Madelaine. Mia terkejut. Bagaimana mungkin Madelaine mengetahui tentang masa
Pagi ini Ellen bersama Raynand menikmati sarapan mereka di resort tempat mereka menginap. Wanita itu tidak sadar bahwa saat ini dia tinggal di resort milik keluarga Pyordova. Namun Raynand tak kuasa menahan tawanya ketika dirinya mengingatkan bahwa tempat yang mereka tinggali adalah milik Dimitri. "Diamlah. Kau tidak pantas menertawaiku. Lagipula bukankah seharusnya kau mengingatkanku sejak awal?" tanya Ellen kesal. "Apakah kau mencoba melemparkan kesalahanmu padaku?" tanya Raynand mencoba untuk menghentikan tawanya. "Kau tahu betul aku datang ke Paris untuk menghindari Dimitri. Lalu kita datang ke California dan kau diam saja ketika aku memilih salah satu resort yang ternyata ini milik Pyordova. Apakah kau tidak merasa bersalah sedikit pun padaku?" tanya Ellen memelas."Sudah cukup aku menjadi kakak sepupumu. Untuk apa aku ikut campur masalah percintaanmu juga?" Raynand masih tertawa kecil. Ellen pun hanya bisa berekspresi kesal atas tindakan Raynand yang memang sengaja membuatny