"Bagaimana bisa begitu?" tanya Yuri. "Aku baru menandatanganinya kemarin. Itu sangat tidak masuk akal. Kalian benar-benar telah menjebakku.""Apakah aku belum sempat mengatakan bahwa kau harus membaca dulu sebelum memandatanganinya?" Dimitri balik bertanya."Tetap saja ini sangat tidak masuk akal," kata Yuri."Untuk salinan berkas sudah ada di tangan pihak legal kami. Jika ingin membatalkan maka silakan kau tanggung pinalty nya.""Itu sangat banyak. Bahkan tak sebanding dengan pendapatanku. Bagaimana bisa aku membayar uang sebanyak itu?" tanya Yuri kesal. "Kalau begitu kau boleh bekerja mulai kapan saja. Hari ini, besok atau lusa. Itu juga tertulis di berkas yang kau tandatangani," kata Dimitri berbalik. "Tunggu sebentar," cegah Yuri menyentuh lengan pria itu. Dimitri berbalik sambil menatap telapak tangan Yuri yang menyentuh lengannya. Lalu di tatapnya wajah Yuri yang saat ini terlihat sedang kesakitan di bagian kepala. Dengan sigap Dimitri membawanya untuk duduk."Apakah kau baik
Kedua mata Yuri berbinar ketika membaca berkas kontrak kerja yang di tawarkan pihak resort kepadanya."Kalian membayarku dengan harga yang fantastis," guman Yuri."Apakah Nona merasa ini kurang?" tanya Dimitri menatap Yuri."Tidak. Ini lebih dari cukup. Bahkan sangat banyak," ujar Yuri. "Saya akan segera menandatanganinya."Yuri segera mengeluarkan pulpen dari dalam tasnya lalu segera ia menandatangani berkas di hadapannya. "Kau tidak membacanya dulu?" tanya Dimitri."Tidak. Uang adalah segalanya. Apapun akan ku lakukan demi uang," kata Yuri tersenyum senang. "Apakah kau yakin tidak akan membacanya terlebih dahulu?" tanya Dimitri."Untuk apa? Semuanya jelas tertulis di sini dan aku sudah memahami semuanya," kata Yuri tersenyum bahagia. "Aku harap kau membacanya lagi nanti," kata Dimitri. Setelah penandatanganan kontrak kerja usai, Yuri segera pamit untuk melanjutkan pekerjaannya. Dia kembali mendesainsebuah kamar yang nantinya akan di bangun di ujung resort, tempat dengan pemandan
Dimitri segera menyelesaikan pekerjaan di resort keluarga Pyordova. Banyak yang harus di urus termasuk disipliner. Semua ia keejakan dengan cepat. "Pecat mereka dan jangan biarkan mereka masuk ke industri ini," kata Dimitri sambil berjalan melalui beberapa orang yang saat ini tengah merasa ketakutan. Mereka bersimpuh meminta ampun. Namun Dimitri tak peduli. Pria itu berjalan pergi dengan wajah penuh amarah."Kami juga memiliki keluarga. Kami juga memiliki istri yang membutuhkan pendapatan kami," kata si pria perut buncit. "Jika kau memiliki sedikit hati nurani maka kau tidak akan menghukum kami sekejam ini," tambah si pria jangkung."Itulah sebabnya kau di tinggalkan oleh istrimu," kata si pria bertubuh kecil.Dimitri berhenti seketika. Dia terdiam untuk sekian detik. Lalu kedua telapak tangannya mengepal. Dimitri berbalik dan menatap pria bertubuh kecil yang dengan berani mengatakan hal buruk tentangnya.Pria itu berjalan ke arah pria bertubuh kecil yang berani mengatakan hal itu.
"Berhenti!"Secara tiba-tiba Dimitri berteriak untuk menghentikan laju mobil nya. Dengan wajah garang, Dimitri keluar dari mobilnya dan bergegas ke arah trotoar. Ke arah seorang wanita muda yang tengah menuntun sepedanya. Dimitri menarik tangan wanita itu. Di terlihat sangat terkejut. Wajah itu milik istrinya. "Ellen," panggilnya lirih. "Maaf, Tuan. Sepertinya kau salah mengenali seseorang. Namaku Yuri," ucap wanita itu. "Tidak. Kau Ellen, istriku. Kenapa kau begitu tega terhadapku?" tanya Dimitri tak sanggup menahan air matanya lagi. "Tuan, aku adalah Yuri. Sejak lahir sampai sekarang, aku baru kali ini melihatmu. Kita pasti tidak saling kenal," jelas Yuri.Dimitri melepaskan tangan Yuri. Dia masih berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Yuri pun kembali menuntun sepedanya. Marc dan si pengemudi turun dari mobil. "Tuan, apa yang terjadi?" tanya Marc. "Katakan padaku bahwa dia adalah istriku, Ellen. Katakan padaku dia milikku," kata Dimitri frustasi. "Awalnya saya kira
5 tahun kemudian.Dimitri berjalan masuk kedalam rumah induk Pyordova dengan setelan jam hitam. Pria itu bergegas menemui David yang saat ini tengah duduk di kursi taman di halaman samping. "Ayah, aku datang." Dimitri duduk di depan ayahnya, David Pyordova."Dasar anak nakal! Aku kira kau tidak akan datang," kata David. "Aku tidak bisa lama-lama. Karena masih banyak urusan yang harus aku selesaikan," ucap Dimitri."Sudah 5 tahun," celetuk David. "Jika ini tentang hal yang sama maka aku pamit sekarang juga," ujar Dimitri beranjak dari duduknya. "Dimitri!" bentak David lalu memegangi dadanya sambil menahan rasa sakit. Dimitri menghela napas panjang lalu menatap wajah ayahnya dengan seksama. Dengan menahan kekesalannya, pria itu berkata; "Aku tahu kau sedang berbohong.""Duduk dan dengarkan aku sekali ini saja!" bentak David penuh amarah. Dimitri mendengus kesal. Pria itu kembali duduk sambil membuang muka. Dia tahu apa yang akan David katakan. Selalu hal yang sama. Tentang permint
Pemakaman di lakukan di Paris. Tempat Madelaine Laurent tinggal. Wanita tua itu bahkan sempat berulang kali tak sadarkan diri. Dia melihat cucu kesayangannya telah tiada. Itu seperti hukuman yang sangat mengerikan. Sementara itu Dimitri dengan tatapan kosong seolah tak ingin hidup lagi. Pria itu seperti kehilangan jiwanya. Dia tak ingin mempercayai tentang itu. Tapi kenyataan bahwa dia adalah Ellen membuatnya tak sanggup lagi menjalani hidup. Eric dan Ella juga hadir di sana. Setelah semua terbongkar, keduanya tetaplah orang tua Ellen. Yang telah merawatnya sejak kecil. "Tidak di sangka sekarang keluarga Byorka benar-benar selesai," bisik seorang wanita berambut keriting pada teman wanita di sebelahnya."Kakaknya menghilang dan adiknya tiada dengan cara mengenaskan," tambah si rambut pendek yang berdiri di samping rambut keriting."Padahal mereka semua sudah tak bersisa dan hanya satu keluarga itu saja," ucap si rambut panjang yang berdir di samping rambut pendek. "Hanya Erica dan