Semua Bab Rainkarnasi Jiwa Pengembara: Kehidupan Setelah 10000 Tahun: Bab 181 - Bab 190

Di atas hamparan batu karang yang sunyi, pertarungan telah pecah. Zhu Long, yang auranya memancarkan ketenangan namun mematikan, berhadapan dengan gelombang demi gelombang hantu gentayangan yang tak ada habisnya. Hantu-hantu ini, bukan sekadar ilusi, melainkan manifestasi nyata dari jiwa-jiwa pendendam, lahir dari ribuan mayat pengorbanan yang dibuang oleh surga dan neraka. Mereka adalah gumpalan energi terkutuk, tanpa emosi ataupun akal sehat, mereka hanya memiliki dorongan untuk menghancurkan yang tersisa dari keberadaan mereka yang menyedihkan.Namun, di hadapan Zhu Long, semua itu terasa tak berguna sedikitpun. Hantu gentayangan yang mengaum dan menerjang bagaikan tsunami itu, di matanya, tak lebih dari anak-anak yang mencoba melawan orang dewasa. Setiap kali Zhu Long mengayunkan pedang di tangannya, sebuah energi spiritual keemasan akan meledak, menyapu bersih apa pun yang menghalangi jalannya. Bilah pedang yang menyala itu bukan hanya sekadar senjata, melainkan perwujudan ener

Energi spiritual di sekitar wilayah Laut Mati bergolak liar, bagaikan badai yang mengancam. Di tengah atmosfer tegang itu, Mu Xiong, kepala klan Mu, mengangkat tangannya. Seolah menjawab panggilannya, guntur dari langit kelabu yang terbentang luas di atas mereka menyambar, merambat di sepanjang lengannya, dan memadat di telapak tangannya. Dalam sekejap, sebuah bilah pedang energi spiritual biru pucat tercipta, dialiri percikan listrik yang menari-nari ganas, memancarkan aura kehancuran yang tak tertahankan. Cahaya biru itu menyala terang, membelah kegelapan yang terasa abadi di wilayah Laut Mati, sebuah tanda kekuatan yang menakutkan.Mereka yang hanya bisa menyaksikan dari kejauhan—para pengawal dan tetua klan Mu yang selamat dari serangan asap beracun sebelumnya—tak henti-hentinya merasa terpukau. Keanggunan gerakan Mu Xiong yang menguasai elemen petir, ditambah tekanan kuat yang dipancarkannya, membuat mereka terkesima. Pria tua itu, dengan rambut setengah putih dan jubahnya yan

Beberapa ratus kilometer dari pertempuran sengit antara Zhu Long dan Mu Xiong yang mengguncang sebagian kecil wilayah Laut Mati, sebuah pengejaran tak kalah intens berlangsung. Di kejauhan, klon Zhu Long melesat melintasi medan kasar, membawa tubuh Shan Rong yang masih tak sadarkan diri dalam dekapannya. Di belakangnya, Gui Sha dan legiun Hantu Gentayangan miliknya mengejar tanpa henti, bergerak seperti gelombang banjir hitam yang tak kenal lelah, menyapu apa pun yang menghalangi jalan.Klon Zhu Long, meskipun hanya salinan dari diri utamanya, bergerak dengan kecerdasan yang mengejutkan. Ia tak banyak melakukan apa-apa selain berlari, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan situasi. Walaupun hanya sebuah duplikasi, klon ini terhubung secara tak langsung dengan kesadaran Zhu Long yang asli, yang berarti mereka tak sepenuhnya terpisah. Setiap keputusan, setiap bahaya yang dirasakan klon, langsung tersalurkan ke Zhu Long yang sedang bertarung dengan Mu Xiong."Ahhhh! Berhenti berl

Dari sudut timur wilayah Laut Mati, guncangan energi spiritual yang dahsyat akibat bentrokan dua kekuatan raksasa—naga emas milik Zhu Long dan naga biru petir milik Mu Xiong, tanpa sadar memancing banyak perhatian. Gelombang kejut itu merambat jauh, menggetarkan setiap partikel di tanah mati itu, membangkitkan sesuatu yang sudah lama tertidur. Salah satu entitas yang terganggu adalah seekor binatang buas dengan ekor sembilan, bertubuh kolosal, jauh lebih besar daripada Kera Badai Salju yang pernah berhadapan dengan Mu Xiong sebelumnya.Itu adalah Kitsune, seekor rubah berekor sembilan, salah satu dari makhluk legendaris dari zaman kuno. Keberadaannya sangat langka, bahkan di sepanjang sejarah dunia kultivasi ia hampir dianggap punah setelah era perang para dewa yang menghancurkan banyak hal.Ia dikenal sebagai Iblis Ilusi, binatang buas yang mahir dalam trik licik dan memanipulasi energi spiritual untuk mempengaruhi pikiran targetnya. Kitsune ini, yang usianya hampir mencapai serib

Raungan kolosal itu memekakkan telinga, menciptakan gelombang suara yang tidak hanya keras, tetapi juga sarat dengan tekanan spiritual yang mencekik dan menggetarkan udara.Gelombang kejut tak kasat mata itu merambat di atas tanah, menggetarkan setiap partikel, dan bahkan Mu Xiong, seorang kultivator tingkat tinggi, dibuat terseret sedikit ke belakang. Wajahnya yang biasanya garang kini tampak semakin mengeras, menunjukkan ekspresi yang jarang terlihat—campuran keterkejutan, kewaspadaan, dan sedikit frustrasi.Kini fokusnya tak hanya pada Zhu Long lagi, melainkan juga pada makhluk kolosal yang baru saja tiba itu. Kitsune, rubah ekor sembilan legendaris, binatang buas langka yang terkenal karena licik dan ganas.Mu Xiong tahu dirinya kuat, namun ia juga harus mengakui bahwa berhadapan dengan binatang buas tingkat tujuh yang telah membangkitkan kecerdasan setara manusia dewasa, bukanlah lawan yang bisa ditangani olehnya dengan mudah, apalagi di tengah pertempuran yang sudah menguras ba